Hari Minggu pagi (18/6) saya dan 2 orang teman meluncur menuju Tanjung Pura di kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Sore ini sebenarnya saya ada jadwal terbang kembali ke Padang, namun sangat sayang untuk melewatkan tawaran mengunjungi salah satu objek wisata sejarah-religi yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan mobil dari kota Medan. Ibukota kabupaten Langkat adalah Stabat, namun sejarah panjang daerah Langkat berada di Tanjung Pura.Â
Diantara kesultanan Melayu Sumatera Timur, Kesultanan Langkat merupakan yang tertua dan menjadi kaya setelah ditemukannya ladang minyak bumi oleh Belanda sekitar abad ke-19. Penduduk Langkat adalah suku Melayu dan suku Karo.Â
Masjid Azizi atau Masjid Sultan Abdul Aziz merupakan masjid kesultanan Langkat. Masjid cantik bernuansa campuran Melayu, Eropa dan Persia ini didirikan pada awal abad ke-20.Â
Eksterior masjid ini terdiri dari satu kubah utama dengan beberapa kubah kecil. Dinding masjid dicat warna khas melayu yaitu kuning dan hijau serta dihiasi kaligrafi. Didepan masjid terdapat 1 buah menara dan dibagian belakang terdapat tempat wudhu.Â
Bagian interior masjid terdiri dari mimbar, mihrab dan juga dinding berhiaskan motif serta kaligrafi dan lampu gantung. Baik bagian luar maupun bagian dalam masjid terlihat cantik mempesona. Bagian dalam masjid lebih berwarna-warni daripada bagian luar.Â
Disamping masjid terdapat makam sultan dan keluarga, termasuk makam salah seorang pahlawan nasional yang juga merupakan seorang sastrawan angkatan pujangga baru dan bangsawan Langkat.
Pahlawan yang dimaksud adalah Tengku Amir Hamzah. Beliau adalah putra pangeran Langkat yang melanjutkan sekolah ke Jawa dan kemudian ditarik Belanda kembali ke negeri Langkat untuk menjadi pegawai dalam struktur kesultanan. Njanji Soenji adalah salah satu karya puisi Amir Hamzah yang terbit di majalah Poedjangga Baroe. Akhir hidup Tengku Amir Hamzah sangat tragis, karena menjalani hukum pancung saat terjadinya Revolusi Sosial Sumatera Timur sekitar tahun 1946. Jasadnya ditemukan disebuah kuburan massal dan akhirnya dipindahkan ke area pemakaman di sekitar masjid Azizi.
"Biarlah daku tinggal disini, sentosa diriku disunyi sepi, tiada berharap tiada meminta, jauh dunia disisi dewa" adalah sepenggalan puisi yang dinukilkan dinisan Tengku Amir Hamzah.
Tak lupa kami melaksanakan solat Dhuha didalam masjid yang adem dan melanjutkan ziarah kubur sultan dan keluarganya sembari berfoto-foto.
Sekian---TH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H