Mohon tunggu...
Dr.Taufik Hidayat
Dr.Taufik Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - dokter forensik

Seorang dokter yang suka jalan-jalan,makan-makan,baca-baca, foto-foto, nonton-nonton dan nulis-nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepotong Cerita Perjalanan ke Tanah Sangiran

16 Juni 2016   11:35 Diperbarui: 20 Juni 2023   22:22 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami memasuki gerbang berhias gading mammoth di museum induk Sangiran. Patung the java man berdiri tegak menyambut setiap tamu yang datang. Museum induk ini terlihat lebih tua daripada museum klaster Bukuran. Dengan harga tiket masuk yang sangat murah meriah, kami kembali berpetualang menelusuri zaman dan menyeburkan diri kedalam pesonanya. Museum induk Sangiran lebih ramai pengunjung daripada museum klaster Bukuran. Aku segera teringat bahwa museum induk Sangiran inilah yang aku akses informasi keberadaannya pertama kali lewat mesin pencari google.

Entah kenapa aku selalu tertarik dengan museum. Hampir disetiap perjalanan ke tempat yang baru, aku akan menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu atau beberapa museum didaerah tersebut. Aku sangat suka museum yang benar-benar memberikan kenyamanan dan menyediakan informasi berharga tentang tema yang menjadi koleksinya. Museum induk Sangiran dan klaster Bukuran termasuk kedalam kategori museum yang aku sukai. Selain memamerkan wujud manusia purba dan diorama rekaan kehidupan prasejarah, museum induk Sangiran yang mempunyai empat ruang pamer juga menyajikan video rekonstruksi wajah. 

Mirip dengan apa yang akan kami pelajari dalam mata kuliah antropologi forensik, bedanya, rekonstruksi wajah dimuseum tidak diperuntukkan untuk menerka wajah pelaku atau korban tindak kriminal, namun untuk memberikan gambaran wajah hominid. Sekilas, rekaan wajah hominid tersebut terlihat menakutkan dimataku, namun atas nama ilmu pengetahuan, aku sangat menghargai usaha dan hasil kerja keras para ahli yang sudah memperkaya pustaka ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat manusia.

Dokpri
Dokpri

Museum induk Sangiran memang lebih besar daripada museum klaster Bukuran. Didalam ruang pamer kita juga bisa melihat visualisasi berbagai macam penggalian situs yang dilakukan para ahli ilmu kepurbakalaan. Juga dipamerkan model penguburan manusia setelah era manusia purba berlalu. Lagi-lagi, keangkeran bisa berganti dengan rasa takjub. Ekshumasi adalah suatu proses penggalian kuburan. Didalam ilmu kedokteran forensik pun juga dikenal istilah ekshumasi, yang bertujuan untuk mendapatkan berbagai macam data dari si ahli kubur demi kepentingan medikolegal. Ilmu tentang kuburan sendiri dikenal dengan nama tafonomi. Dan tafonomi forensik merupakan ranting dari antropologi forensik. Lagi-lagi kita bisa meraba beberapa kesamaan metodologi antara kedokteran forensik dengan paleoantropologi.

Dimuseum induk Sangiran, sekilas kami membaca paparan tentang si Lucy yang terkenal itu, manusia purba sejenis australopithecus dari selatan berjenis kelamin wanita, yang menurut cerita merupakan jenis yang diberkati dengan kepintaran. Bahkan katanya di Nusa Tenggara Timur juga terdapat homo floresiensis yang sangat problematis.

Jam di smartphone-ku menunjukkan pukul dua siang. Asam laktat sudah mencapai kadar maksimal menggerogoti perototan ekstremitas inferior. Dilain regio, asam klorida pun sudah membanjiri gaster. Kehadiran asam-asam yang diproduksi oleh tubuh ini harus segera dinetralisir. Lawatan ke museum hari itu sudah saatnya untuk segera diakhiri. Tanpa basa-basi, mobil kami berlari meninggalkan cekungan Sangiran menuju Solo. Selamat tinggal Sangiran, the homeland of the java man yang permai. Selamat tinggal masa lalu. Kami akan mengukir masa sekarang dengan sejarah kami, namun biarkan kami mengisi perut dan beristirahat terlebih dahulu.

Dokpri
Dokpri

Didalam perjalanan pulang, dehidrasi membuat kami mesti singgah disuatu tempat untuk membasahi kerongkongan yaitu di kedai es durian. Sungguh nikmat menyesap semangkok es durian disiang menuju sore hari yang terik. Bahkan matahari masih belum mau mengurangi kesangarannya. Seliter air es dan beribu kalori glukosa dengan segera meniupkan kebugaran keraga kami. Sel-sel tubuh yang dahaga dan lapar kembali menyambung hidup untuk melanjutkan sejarahnya masing-masing. Sebelum menaiki kereta api pulang ke Yogyakarta, kami menikmati late lunch dengan menu seporsi selad Solo. Selad Solo merupakan kesatuan daging tumbuk, kentang, buncis, wortel, selada dan bahan lainnya yang disirami saos kaldu manis gurih. Sepiring selad Solo menutup cerita pendek perjalanan ziarah kami ke pemakaman purba yang bernama Sangiran. Sungguh sebuah penutup yang yummy.

Kereta api Madiun Jaya mulai menggilas rel meninggalkan stasiun Solo Balapan tepat pada pukul empat sore. Kereta api melaju ke arah barat daya. Ibarat memburu matahari April yang masih sombong bertengger diatas langit Jawa. Sinar matahari rembang petang mulai menguning ketika gerbong kereta berhenti di stasiun Yogyakarta. Kesibukan stasiun kereta api Yogyakarta terpampang nyata tanpa mengenal waktu. Manusia masih memadati stasiun antik dengan gaya bangunan kolonial tersebut. Ada yang menggelitik ketika petugas mengumumkan keberangkatan maupun kedatangan kereta. Ya, mereka menggunakan trilingual. Bahasa lainnya selain bahasa Indonesia dan Inggris adalah bahasa Jawa.

Terima kasih Allah SWT atas kesempatan berharga ini dan atas kuasa-Mu untuk tidak mengirimkan jenazah ke kamar jenazah selama kami melakukan ekspedisi ke Sangiran. Di sela-sela kesibukan dunia per-ppds-an kami yang tidak mengenal waktu, Engkau telah mengizinkan kami menelusuri lorong waktu untuk lebih mengenal kebesaran-Mu. Sesungguhnyalah kami hanya manusia lemah yang penuh kekurangan dan selalu berharap akan ridho-Mu.Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun