Mohon tunggu...
Taufik Husain
Taufik Husain Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Nama panggilan Opik

Kuliah di Universitas Muslim Indonesia Makassar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Insiden Berdarah di New Zealand: Islamophobia atau Terinspirasi dari Video Game??

16 Maret 2019   03:29 Diperbarui: 18 Agustus 2019   13:58 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari jumat (15/3/2019) sekitar pukul 13.45, dunia khususnya umat muslim tengah berduka akibat penembakan yang di lakukan oleh 4 orang yang satu di antara pelaku adalah warga negara Australia, penembakan tersebut terjadi di 2 masjid yang berada kota Christchurch tepatnya di Negara Selandia Baru. Dalam penembakan tersebut setidaknya 49 orang tewas yang semuanya adalah warga sipil yang tengah melakukan ibadah sholat jumat. Insiden tersebut menimbulkan reaksi berupa kecaman keras terhadap para pelaku dari berbagai kalangan masyarakat dan pemimpin-pemimpin dari berbagai belahan dunia.

Nah, yang menjadi pertanyaan besar dalam insiden ini adalah ; apakah yang mendasari tindakan para pelaku sehingga tega berbuat sekeji itu hingga puluhan masyrakat Muslim yang tengah melaksanakan ibadah menjadi sasarannya. Dalam berbagai isu yang beredar, banyak netizen di tanah air yang mengunggah status di media sosial bahwa pelaku penembakan tersebut terinspirasi dari video game. Benarkah demikian??? mari baca ulasan singkat dibawah ini.

Manifesto Anti Imigran Dan Bantahan Bahwa Aksinya Terinspirasi Dari Video Game

Sebelum melakukan aksinya Brenton Tarran menulis ultimatum bahwa " Aku akan menyerang melawan para penjajah dan menyiarkannya secara langsung via Facebook," sebagai mana yang di lansir oleh The Sydney Morning Herald.

Sebelum melakukan aksinya tersebut, Brenton Tarran menulis manifesto bertajuk "The Great Replacemet" yang berisi 73 halaman. Dalam manifesto itu dia dia sempat menyebutkan sejumlah nama game di dalamnya, termasuk 'Spyro The Dragon' dan 'Fortnite'.

Banyak isu yang mulai beredar setelah kejadian bahwa pelaku penembakan terinspirasi dari video game, dan salah satu yang paling beredar di media sosial tanah air adalah bahwa pelaku penembakan terinspirasi dari game 'PUBG'.

Dalam manifesto Tanya jawab yang di tulis oleh Tarran, dengan tegas iya membantah bahwa aksinya tersebut terinspirasi dari video game. Berikut ini potongan dari Tanya jawab dalam manifestonya tersebut yang sudah di translate ke dalam bahasa Indonesia.

"Apakah kau di ajari kekerasan dan ekstrimisme oleh video games,music,literatur dan drama?

"Iya, Spyro the Dragon 3' mengajarkan saya etno-nasionalisme. Fortnite mengajarkan saya untuk menjadi pembunuh dan ber-floss di atas mayat musuh-musuh saya. Tidak," bunyi tulisan tarran.

Kata 'Tidak' pada akhir kalimat manifesto tanya jawab yang di tulis oleh tarran tersebut bisa di pahami sebagai sebuah bantahan bahwa tindakan brutalnya tidak terinspirasi dari video game.

Islamophobia sebagai dasar para pelaku dalam melakukan aksi tersebut?

Pelaku penembakan di masjid Al-Noor diidentifikasi sebagai Brenton Tarrant yang berkewarganegaraan Australia. Penembakan itu iya siarkan secara online dan melabeli dirinya "Warga kulit putih biasa".

Brenton Tarran mengklaim serangan itu untuk mewakili "jutaan warga Eropa dan bangsa-bangsa etno-nasionalis lainnya". Dia mengatakan "kita harus memastikan keberadaan rakyat kita, dan masa depan anak-anak kulit putih".

Dia menggambarkan alasannya adalah untuk "menunjukan kepada penjajah bahwa tanah kami (mewakili orang kulit putih eropa) tidak akan pernah menjadi tanah milik mereka (imigran), tanah air kami adalah milik kami sendiri dan bahwa, selama orang kulit putih masih hidup, mereka tidak akan pernah menaklukkan tanah kami."

Dalam potongan manifesto Tanya jawab yang di tulis oleh tarran dengan tegas pula iya mengatakan bahwa inspirasinya dalam melakukan aksi tersebut berasala dari 'Andres Breivik'. Berikut ini potongan manifestonya tersebut.

"Apakah keyakinanmu terinspirasi dari penyerangan lain?"

"Saya membaca tulisan Dylan Roof dan banyak lainnya, tapi satu-satunya inspirasi saya adalah dari 'Knight Justiciar' Breivik," kata tarran, yang maksutnya adalah Anders Breivik.

Anders Breivik merupakan pelaku pembunuhan 77 orang dalam aksi pengeboman yang iya lakukan di Oslo, Norwegia, dan kemudian melakukan aksi penembakan. Dalam aksinya tersebut, Breivik juga mengatakan, serangan itu harus iya lakukan untuk menghentikan 'Islamisasi' di norwegia.

Tidak hanya itu, dalam insiden tersebut alih-alih hanya mengecam pelaku, senator Queensland Fraser Anning mengatakan bahwa insiden ini disebabkan oleh kebijakan Negara soal imigran muslim.

"penyebab kejadian berdarah hari ini di selandia baru karena program pemerintah yang mengizinkan Muslim fanatik  pindah ke Selandia Baru."

 "Apakah ada yang masih membantah hubungan antara imigran Muslim dan kekerasan?" cuit Anning.

Dari manifesto tarran dan cuitan senator anning di atas, kita tentu dapat menangkap pesan dari keduanya bahwa ada semacam kecemasan radikal yang di timbul dari awal, yaitu sejak negara tersebut mengeluarkan kebijakan tentang perizinan masuknya imigran Muslim yang di anggap fanatik di negara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun