Mohon tunggu...
Taufik Hidayat
Taufik Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengembala

menyukai hobi motoran serta naik gunung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Putri yang Turun dari Elf

4 Oktober 2024   00:37 Diperbarui: 4 Oktober 2024   01:41 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alqisat Al'awalia

"Seorang Putri yang Turun dari Elf"

Ada peran salah satu UKM kampus dibalik kisah asamaraku dengan dia. Sebab, di sanalah pertama kali aku melihat perempuan itu. Dia adalah perempuan pertama yang aku sayangi yang pernah menjalin hubungan denganku. 

Perlu kalian ketahui selama aku berpacaran dengan perempuan sebelumnya aku tidak pernah benar-benar menaruh rasa kepada mereka. Kalaupun aku naksir seorang wanita aku lebih memilih untuk memendamnya

 Sebab, aku tidak cukup percaya diri untuk mendekati perempuan yang aku taksir. Ada beberapa alsan mengapa aku memilih jalan itu, salah satunya adalah aku minder dengan keadaanku yang tidak seberuntung lelaki lain.

Hingga akhirnya setelah tujuh tahun aku lewati dengan rasa sepi tanpa ada perempuan di sisi, baru dengan perempuan ini aku memberanikan diri dan melawan rasa minder yang tertanam dalam hati.

Jika pada umumnya seorang putri turun dari kereta kencana atau bahkan dari kayangan. Maka berbeda dengan putriku yang satu ini. Mungkin dia adalah satu-satunya putri yang turun dari sebuah angkutan umum elf yang bertuliskan "enk ink enk" di kaca depannya. Bukan tanpa alasan aku menyebutnya putri yang turun dari elf. Sebab, setiap kali aku menjemputnya dia selalu turun dari angkutan umum elf. Walaupun sebetulnya dia mampu mengendarai mobil yang terparkir di garasinya, tetapi dia lebih memilih menaiki amgkutan umum itu. 

 Setiap kali berangkat atau pulang dari kampus, jok belakang motorku tidak pernah kosong. Jok itu selalu diisi oleh seorang putri. Putri yang postur tubuhnya tinggi semampai, badannya tidak terlalu berisi. Suaranya tidak terlalu indah untuk ukuran seorang putri. Walaupun begitu suara itulah yang kemudian mampu menusuk hatiku hingga aku meneyerahkannya kepada dia.

Perjuangan untuk bisa menaklukkan sang putri tidak mulus. Aku harus mengalahkan raja-raja lain yang juga memiliki ketertarikan yang sama kepada sang putri. Bahkan sainganku pada saat itu adalah seorang dosen yang mengajar di kampus kita. Hingga di satu waktu di tengah kedekatan aku dengan sang putri, aku tiba-tiba dicampakkan begitu saja dengan alasan yang terbilang klise. 

Kabar yang aku dengar sang putri ternyata kepincut oleh dosen. Tentu aku merasakan sesak didadaku. Tetapi berselang beberapa minggu, pada siang hari setelah ujian akhir semester sang putri kembali datang. Tentu, karena hatiku masih dipenuhi oleh rasa cinta kepada sang putri aku menerimanya kembali dengan tangan terbuka.

Banyak sekali hal-hal yang belum pernah aku lakukan dan sebelumnya dan baru pertama aku lakukan dengan sang putri, seperti makan bareng, nonton, hingga apel ke rumah sang putri. Sampai pada akhirnya ketika sang putri bersanding dengan pangeran yang lain dada ini penuh dengan sesak. 

Mata ini seolah tak berhenti menghujani pipi seolah musim semi takkan lagi tiba.

Aku ingat saat itu. Saat mimpi buruk datang, ketika pagi-pagi buta aku melihat untaian pesan sang putri dengan pangeran selain aku. Dengan tanpa basa-basi sang putri memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan aku setelah hampir empat tahun kita bersama. 

Bak petir di siang bolong, aku benar-benar terpukul, seperti menelan pil yang pahit tidak dapat diukur dengan satuan pahit. Sekeras apapun aku mempertahankan kalau memang bukan nama sang putri yang tertulis di lauhul mahfudz untuk menjadi jodohku akhirnya kita berpisah.

Kini, setelah hampir empat tahun perpisahan kita, hatiku sudah sembuh, dada sudah tidak lagi merasakan sesak, hati sudah tidak lagi dipenuhi rasa demdam. Namun, kadang kenangan dengannya masih selalu hinggap dalam kepala. Kadang bayangan sang putri melintas begitu saja dalam benak tanpa permisi. Bukan berarti aku masih menaruh hati padanya. Tetapi memang benar apa kata orang-orang, bahwa setiap seseorang yang pernah hadir dalam hidup tidak akan pernah benar-benar terhapus dalam memori. Kenangannya pasti akan muncul setiap saat. Berbeda dengan sebelumnya, dulu setiap bayangan sang putri muncul  maka dada ini selalu merasakan sesak, hati selalu dipenuhi dengan amarah. Tetapi kali ini setiap banyangan itu muncul hati sudah tidak merasakan apa-apa, malah kini aku sudah bisa tersenyum setiap bayangan sang putri muncul dalam kepala. 

Satu hal yang aku sadari bahwa memori seorang manusia tidak akan pernah bisa terhapus apalagi sebuah kenagan dengan seseorang perempuan yang sempat mengisi kekosongan dalam hati. Singkat cerita Aku sudah bisa berdamai serta menerima. Walaupun diawal-awal aku sempat menjalini hari-hari yang sangat berat. Tetapi akhirnya aku berhasil melewati hari-hari berat itu dan terlepas dari sakit yang mebelenggu.

Malam ini ketika aku berusaha menyelesaikan tulisan ini mungkin sang putri sedang sibuk menidurkan bayinya dengan sang pangeran. Aku tersenyum karena beruntung namaku pernah ada dalam hatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun