Mohon tunggu...
Taufik Hidayat
Taufik Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Seorang pengembala

menyukai hobi motoran serta naik gunung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Putri yang Turun dari Elf

4 Oktober 2024   00:37 Diperbarui: 4 Oktober 2024   01:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mata ini seolah tak berhenti menghujani pipi seolah musim semi takkan lagi tiba.

Aku ingat saat itu. Saat mimpi buruk datang, ketika pagi-pagi buta aku melihat untaian pesan sang putri dengan pangeran selain aku. Dengan tanpa basa-basi sang putri memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan aku setelah hampir empat tahun kita bersama. 

Bak petir di siang bolong, aku benar-benar terpukul, seperti menelan pil yang pahit tidak dapat diukur dengan satuan pahit. Sekeras apapun aku mempertahankan kalau memang bukan nama sang putri yang tertulis di lauhul mahfudz untuk menjadi jodohku akhirnya kita berpisah.

Kini, setelah hampir empat tahun perpisahan kita, hatiku sudah sembuh, dada sudah tidak lagi merasakan sesak, hati sudah tidak lagi dipenuhi rasa demdam. Namun, kadang kenangan dengannya masih selalu hinggap dalam kepala. Kadang bayangan sang putri melintas begitu saja dalam benak tanpa permisi. Bukan berarti aku masih menaruh hati padanya. Tetapi memang benar apa kata orang-orang, bahwa setiap seseorang yang pernah hadir dalam hidup tidak akan pernah benar-benar terhapus dalam memori. Kenangannya pasti akan muncul setiap saat. Berbeda dengan sebelumnya, dulu setiap bayangan sang putri muncul  maka dada ini selalu merasakan sesak, hati selalu dipenuhi dengan amarah. Tetapi kali ini setiap banyangan itu muncul hati sudah tidak merasakan apa-apa, malah kini aku sudah bisa tersenyum setiap bayangan sang putri muncul dalam kepala. 

Satu hal yang aku sadari bahwa memori seorang manusia tidak akan pernah bisa terhapus apalagi sebuah kenagan dengan seseorang perempuan yang sempat mengisi kekosongan dalam hati. Singkat cerita Aku sudah bisa berdamai serta menerima. Walaupun diawal-awal aku sempat menjalini hari-hari yang sangat berat. Tetapi akhirnya aku berhasil melewati hari-hari berat itu dan terlepas dari sakit yang mebelenggu.

Malam ini ketika aku berusaha menyelesaikan tulisan ini mungkin sang putri sedang sibuk menidurkan bayinya dengan sang pangeran. Aku tersenyum karena beruntung namaku pernah ada dalam hatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun