Alqisat Al'awalia
"Seorang Putri yang Turun dari Elf"
Ada peran salah satu UKM kampus dibalik kisah asamaraku dengan dia. Sebab, di sanalah pertama kali aku melihat perempuan itu. Dia adalah perempuan pertama yang aku sayangi yang pernah menjalin hubungan denganku.Â
Perlu kalian ketahui selama aku berpacaran dengan perempuan sebelumnya aku tidak pernah benar-benar menaruh rasa kepada mereka. Kalaupun aku naksir seorang wanita aku lebih memilih untuk memendamnya
 Sebab, aku tidak cukup percaya diri untuk mendekati perempuan yang aku taksir. Ada beberapa alsan mengapa aku memilih jalan itu, salah satunya adalah aku minder dengan keadaanku yang tidak seberuntung lelaki lain.
Hingga akhirnya setelah tujuh tahun aku lewati dengan rasa sepi tanpa ada perempuan di sisi, baru dengan perempuan ini aku memberanikan diri dan melawan rasa minder yang tertanam dalam hati.
Jika pada umumnya seorang putri turun dari kereta kencana atau bahkan dari kayangan. Maka berbeda dengan putriku yang satu ini. Mungkin dia adalah satu-satunya putri yang turun dari sebuah angkutan umum elf yang bertuliskan "enk ink enk" di kaca depannya. Bukan tanpa alasan aku menyebutnya putri yang turun dari elf. Sebab, setiap kali aku menjemputnya dia selalu turun dari angkutan umum elf. Walaupun sebetulnya dia mampu mengendarai mobil yang terparkir di garasinya, tetapi dia lebih memilih menaiki amgkutan umum itu.Â
 Setiap kali berangkat atau pulang dari kampus, jok belakang motorku tidak pernah kosong. Jok itu selalu diisi oleh seorang putri. Putri yang postur tubuhnya tinggi semampai, badannya tidak terlalu berisi. Suaranya tidak terlalu indah untuk ukuran seorang putri. Walaupun begitu suara itulah yang kemudian mampu menusuk hatiku hingga aku meneyerahkannya kepada dia.
Perjuangan untuk bisa menaklukkan sang putri tidak mulus. Aku harus mengalahkan raja-raja lain yang juga memiliki ketertarikan yang sama kepada sang putri. Bahkan sainganku pada saat itu adalah seorang dosen yang mengajar di kampus kita. Hingga di satu waktu di tengah kedekatan aku dengan sang putri, aku tiba-tiba dicampakkan begitu saja dengan alasan yang terbilang klise.Â
Kabar yang aku dengar sang putri ternyata kepincut oleh dosen. Tentu aku merasakan sesak didadaku. Tetapi berselang beberapa minggu, pada siang hari setelah ujian akhir semester sang putri kembali datang. Tentu, karena hatiku masih dipenuhi oleh rasa cinta kepada sang putri aku menerimanya kembali dengan tangan terbuka.
Banyak sekali hal-hal yang belum pernah aku lakukan dan sebelumnya dan baru pertama aku lakukan dengan sang putri, seperti makan bareng, nonton, hingga apel ke rumah sang putri. Sampai pada akhirnya ketika sang putri bersanding dengan pangeran yang lain dada ini penuh dengan sesak.Â