Mohon tunggu...
taufik hidayat
taufik hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis politik dan penggiat pendidikan

Pernah menjadi anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 1997-1999, 1999-2004 dan ketua DPRD Kota Banjarmasin periode 2004-2009. Sekarang aktif sebagai ketua BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif NU) Kota Banjarmasin dan ketua Yayasan Pendidikan Islam SMIP 1946 Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Lembaga Pendidikan Tanpa Modal

15 November 2020   23:02 Diperbarui: 16 November 2020   04:38 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, memang tidak mungkin kalau tanpa modal sama sekali. Namun, dengan tulisan ini aku ingin mengingatkan bahwa modal itu jangan hanya dipahami sebagai uang atau finansial semata. Masih banyak modal lain yang bisa digunakan selain uang, misalnya legalitas yang akan diurus sahabat Budi Kenzin.

Kebetulan aku punya pengalaman membangun atau mengembangkan lembaga pendidikan yang nyaris tanpa menggunakan uang sebagai modal awalnya. Maksudku tidak semata-mata berangkat dari ketersediaan uang yang cukup, baru melakukan pengembangan.

Sekitar 5 tahun yang lalu, aku diminta menjadi ketua Yayasan Pendidikan NU Kota Banjarmasin. Yayasan ini membina dua lembaga pendidikan  yaitu SMPNU dan SMKNU.

Yayasan ini saat itu hanya memiliki dana yang minim, sementara aku yang diminta menjadi ketua yayasan bukanlah orang yang berpunya. Artinya, kalau semata-mata memandang uang sebagai modal untuk bisa membangun, maka SMPNU dan SMKNU Banjarmasin tidak akan pernah berkembang seperti sekarang.

Sebagai gambaran, 5 tahun yang lalu, dua sekolah itu berada di satu lokasi dengan lahan sempit, hanya sekitar 1.200  meter persegi. Kini alhamdulillah sudah berada di dua lokasi, dengan lahan lebih dari 1 hektar. Dulu sekolah pagi sore, kini sudah pagi semua. Artinya lahan dan bangunan sudah cukup, tidak kekurangan lagi.

Dulu bengkel praktek siswa berada di lingkungan sekolah, sehingga mengganggu proses belajar mengajar, kini sudah berdiri di pinggir jalan. Bengkel sudah berdiri di luar lingkungan sekolah dan bisa dikembangkan menjadi bengkel komersial, tidak semata-mata tempat praktek siswa. Hasilnya akan digunakan untuk melakukan pengembangan sekolah lebih lanjut lagi.

"Kok, bisa?"

Ya, ialah.  Kami di yayasan saat itu tidak memandang ketersediaan uang sebagai titik berangkat untuk melakukan pengembangan. Lakukan dahulu apa yang bisa, insya Allah uang akan datang. Bagi kami  uang bukan segala-galanya, walaupun segala-galanya memang memerlukan uang.

***

Biasanya, seorang ketua yayasan memiliki  tiga syarat, kaya, punya posisi penting, dan berpengalaman mengelola lembaga pendidikan. Kalau tidak bisa ketiganya, minimal salah satunya.

Dengan kemampuan finansial, akan sangat mudah mengembangkan lembaga pendidikan yang dibina. Dengan posisi penting, bisa  menggunakan pengaruhnya. Kalau tidak kaya dan tidak punya posisi penting, minimal punya pengalaman mengembangkan lembaga pendidikan, sehingga dengan pengalamannya itu lebih mudah melakukan pengembangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun