Sumber daya yang melimpah menjadi daya tarik Laut Cina Selatan (LCS). Teritori ini menjadi perebutan dan campur tangan negara-negara Superpower dunia seperti China, Rusia dan bahkan Amerika Serikat.
Laut Cina Selatan terletak di bagian tepi Samudera Pasifik yang terbentang luas dari Selat Karimata dan Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan dengan luas kurang lebih 3,5 juta kilometer persegi.
Seperti diketahui daerah ini (LCS) memiliki kekayaan alam biota laut, cadangan minyak dan cadangan gas alam yang melimpah. Laut ini diapit oleh China, Malaysia, Indonesia, Brunei, Filipina, Vietnam dan Taiwan menyebabkan ancaman konflik demikian rentan.
Apa Saja Potensi Laut Cina Selatan?
Menurut CRF di Laut Cina Selatan terdapat 900 triliun kaki kubik gas alam. Sedangkan kandungan minyak bumi sekitar 7,7 miliar barel. Sumber pemerintah Filipina menyebutkan ada seperti keanekaragaman laut ada di Laut Cina Selatan dan menyumbang 10 persen tangkapan ikan di planet bumi.
Ia menekankan Indonesia tidak ingin kawasan Laut Cina Selatan menjadi ajang proyeksi kekuatan Major Power terlebih menjadi episentrum konflik. Menurutnya, Indonesia harus menjadi pioner menjadikan kawasan LCS sebagai Sea of Peace atau Laut Kedamaian.
Upaya ini bertalian dalam upaya memperkuat penjagaan perbatasan dan menciptakan perdamaian melalui jalan diplomasi. Indonesia harus andil dalam pergerakan progresif sebagai negara yang menenteramkan kawasan.
Sebagai contoh ASEAN dan China yang bekerjasama dalam diplomasi perundingan pedoman tata perilaku (code of conduct/CoC) di Laut Cina Selatan selama 3 tahun yang dilakukan pada tahun 2023. Ini langkah inisiasi Indonesia untuk sengketa LCS.
CoC ini diharapkan dapat menjadi aturan tata perilaku yang mencerminkan norma, prinsip, dan aturan internasional menciptakan perdamaian di antara negara yang berkonflik di LCS. Inilah yang diharapkan oleh Menkopolhukam.
CoC tentu diharapkan dapat menjadi dokumen yang efektif, substantif, dan actionable untuk menghindari eskalasi dan sekaligus meningkatkan mutual trust dan mutual confidence di antara negara-negara yang berkepentingan di Laut China Selatan namun perlu ditambahkan dengan peningkatan teknologi dan alutsista untuk Indonesia sendiri.
Diplomasi militer maupun non-militer tentu adalah upaya yang baik dilakukan. Namun menjaga kekuatan rumah sendiri harus menjadi poin penting yang setara dilakukan agar suara Indonesia lebih didengar dan mempunyai power yang tinggi.
Indonesia ke depan harus memiliki kekuatan militer yang lebih kuat dan didukung dengan teknologi yang lebih maju. Bicara Laut Cina Selatan tidak ada ubahnya dengan berbicara tentang rumah sendiri sebab Indonesia memiliki sebagian kawasan itu dengan kata lain ada kedaulatan yang harus dipertahankan sampai titik darah penghabisan.
Indonesia harus mengoptimalkan diri agar terciptanya keamanan maritim yang terdiri dari 4 dimensi (Christian Bueger, 2005) yaitu lingkungan laut, pembangunan ekonomi, keamanan nasional, dan keamanan regional. Dengan kata lain, Indonesia harus menjaga kedaulatan dirinya atas Laut Cina Selatan meski ancaman konflik masih akan terus berpotensi terjadi baik dari kepentingan China dan negara-negara lain yang terkait.
****
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI