Jumlah kelas menengah (middle class) Indonesia dilaporkan terus mengalami kenaikan dengan melihat indikator kenaikan pendapatan per kapita rakyat Indonesia saat ini. Indonesia malah dapat dikatakan telah menjadi negara dengan penghasilan menengah atas.
Indonesia masuk dalam kategori negara berpenghasilan menengah atas karena ekonominya tumbuh baik sebesar 5,3 persen pada tahun 2022 sehingga GNI per kapita penduduk Indonesia sebesar 9,83 persen atau dengan pendapatan USD 4.580 per kapita. Pada tahun 2019 juga sempat naik dengan kategori yang sama yakni dengan USD 4.070 per kapita.
Namun demikian, isu keadilan dan kualitas ekonomi semakin deras dan relevan untuk dibahas sebab menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan di sektor riil. Status penduduk Indonesia dengan penghasilan menengah (middle class) adalah mereka yang tidak kaya dan tidak pula miskin, tetapi mereka rentan menjadi kembali miskin karena banyaknya terpaan yang menyebabkan hal tersebut baik karena faktor internal maupun eksternal.
Bank dunia menafsirkan kelompok masyarakat menegah Indonesia adalah mereka yang menghabiskan Rp 1,2 hingga Rp 6 juta setiap bulan. Di saat yang bersamaan, kabar baiknya, penduduk miskin eskrem di Indonesia turun signifikan dari 19 persen di tahun 2002-2016 menjadi hanya 7 persen dari total populasi dewasa ini. Dari data Maret 2023, penduduk miskin ekstrem di Indonesia menjadi hanya 2,04 persen.
Jumlah kelas menengah Indonesia di tahun 2020 diperkirakan ada sekitar 52 juta penduduk dari total populasi atau sekitar 19 persen. Ini artinya, ada lonjakan menuju ke kategori yang lebih baik apalagi Indonesia akan menuju 2045 dimana cita-cita nasional menargetkan kita bertransformasi sebagai negara maju.
Selain itu, ada pula istilah aspiring middle class atau penduduk calon berpendapatan menengah yang baru saja terlepas dari jeratan kemiskinan, jumlahnya sekitar 115 juta atau 45 persen dari rakyat Indonesia. Ini juga penting untuk diperhatikan sebab menjadi kategori mayoritas rakyat Indonesia yang dapat diasumsikan lebih rentan untuk jatuh miskin dibandingkan middle class.
Resiko Besar Penduduk Kelas Menengah
Saat Covid 19 melanda, guncangan ekonomi terjadi. Mereka dengan pendapatan menengah banyak yang kembali jatuh miskin karena kehilangan pendapatan, pengurangan gaji, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pembatasan gerak dan kinerja sehingga upah/gaji menjadi tidak optimal seperti biasa.
Chairman CT Corp, Chairul Tanjung, menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Ia mengatakan daya beli domestik mengalami kemunduran seperti dikutip dari laman CNBC (3/3/2024). Ia kemudian berharap agar pemerintah lebih memperhatikan masyarakat kelas menengah.
"Karenanya saya menghimbau pemerintah memperhatikan kelompok menengah yang tidak dapat subsidi dan program-program pemerintah. Saya harap pemerintah bisa memperhatikan kelompok tengah ini," ujar Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia berusia 61 tahun itu.
Para ekonom berharap pemerintah terus melakukan upaya ekspansif agar kelompok menengah ini terus mendapatkan perhatian di tengah gejolak ekonomi saat ini. Kenaikan harga kebutuhan pokok, baik primer dan sekunder adalah alarm bahwa penurunan daya beli telah dan akan terjadi sehingga kelompok menengah yang tidak dilindungi dengan bantuan sosial rentan ambruk hingga kolaps.
Oleh karenanya, pemerintah harus dan perlu memperkuat jaminan sosial bagi kelas menengah apalagi kelas bawah. Dengan pemberian bansos lalu diikuti penguatan jaminan sosial. Dengan ini pemerintah diasumsikan bisa mengentaskan masyarakat rentan yang berada di ambang garis kemiskinan di samping upaya solutif lainnya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H