Tidak terasa Ramadan 1445 H sudah semakin dekat, bukan lagi dalam hitungan bulan - bulan Ramadan bahkan sudah dapat dihitung dengan menggunakan jari. Organisasi masyarakat, Muhammadiyah misalnya menetapkan awal Ramadan pada Senin, 11 Maret 2024.
Mendengar kata Ramadan atau Bulan Puasa, ada 3 tipe atau golongan manusia dalam menyambutnya. Setidaknya hal ini pernah dikatakan oleh Ustadz Musa, S, Ag di Nusa Tenggara Timur.
Pertama, mereka yang sedih ketika mendengar Ramadan akan tiba. Bagi mereka, Ramadan akan menjadi penghalang untuk memuaskan hawa nafsu seperti makan, minum. Ada yang takut karena sulit untuk bergibah, berburu harta, mengadu domba, berburuk sangka, berhubungan intim, dan hal duniawi lainnya. Bahkan ada sekelompok manusia yang sedih karena tidak bisa berusaha, berdagang, bekerja dalam rangka mencari nafkah.
Ketakutan akan turunnya omzet atau pendapatan, takut karyawan akan berkurang kinerjanya, takut karena anak sekolah akan banyak potongan libur sehingga sungkan dalam menerima SPP penuh dan beragam kesedihan, kekhawatiran lainnya datang silih berganti. Mereka sedih karena harus berpuasa dan mengurangi kesenangan mereka seperti sediakala. Kelompok inilah kelompok yang merugi di antara semua manusia.
Bulan kasih sayang (rahmah) Allah malah dibenci dan dituding sebagai penghalang kebahagiaan mereka. Mereka terlalu tamak akan nafsu dan harta dunia sehingga bergantung semata-mata kepada dunia tanpa merasakan bahwa Allah sajalah tempat bergantung dan meminta segala sesuatu.
"Al Quran Surat Al-Ikhlasq yang artinya 1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
Kedua, adalah tipe mereka yang biasa saja dengan kehadiran Ramadan. Tipe yang ini akan menghadapi Ramadan dengan level yang biasa saja. Tidak ada penyambutan khusus. Hatinya bergelut antara senang dan sedih atau tidak merasakan apapun sama sekali. Ya bisa dikatakan terpaksa melalui Ramadan. Tidak ada kesan yang indah di hatinya. Tidak ada rasa kagum akan hadirnya bulan suci Ramadan.
Mereka yang tipe regular ini akan mengisi kulkas atau lemari dengan makanan dan minuman apalagi dengan adanya pengaruh iklan, mereka berbuka dengan lahap dan penuh dengan makanan serta minuman. Ibadahnya ibadah yang biasa saja. Orientasi mereka bisa segera melewati Ramadan dengan pakaian baru, kue, THR dan hal keduniaan lainnya.
Jauh dari hati mereka rasa ingin berbagi dan mengetahui pedihnya perut dan leher orang yang berpuasa dengan menyantuni fakir miskin dan anak yatim piatu. Atau berbagi menu berbuka dengan jiran tetangga.
Kelompok ini adalah termasuk kelompok yang merugi. Mereka lupa akan maghfirah atau keampunan Allah di bulan yang suci. Bagi mereka semua bulan sama saja, hanya saja Ramadan mereka tidak harus makan dan minum ketika matahari masih terlihat. Semoga kita bukan termasuk kelompok yang merugi ini.
Ketiga adalah golongan yang rindu akan bulan Ramadan. Beberapa bulan sebelumnya mereka menyambut dengan sukacita. Mereka berpuasa sunah untuk melatih diri. Bulan Ramadan selalu terngiang-ngiang di hati mereka. Mereka sibuk mengkhatamkan Al Quran, bersedekah, zikir dan memperbanyak amal ibadah.
Ketika menjalani Ramadan, mereka melengkapinya dengan ibadah tambahan. Hati mereka luluh lantak dengan hanya melihat mereka yang bersimpuh di tengah jalan atau pinggir jalan untuk sesuap nasi. Mereka adalah pemilik hati yang lembut dan mudah memberikan senyuman. Mereka menjaga lisan, pikiran dan pendengaran dari hal yang zalim. Tidak ada musuh di hati mereka. Tidak ada dendam dan duka cita. Mereka menyebut nama Allah dengan jamak dan mengagungkan kenabian Muhammad SAW dengan santun.
Maka berita gembiralah bagi mereka. Sebab Nabi Muhammad bersabda dari riwayat Imam Nasa'i yang berbunyi, "Siapa yang bergembira dengan datangnya Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya dari semua neraka." Dengan bergembira menjelang Ramadan saja ganjarannya demikian dahsyat yakni terbebas jasadnya dari sentuhan api neraka bahkan di semua pintu neraka, apalagii jika dengan senang menjalani ibadah puasa.
Mereka yang beruntung di bulan Ramadan adalah mereka golongan orang yang senang menyambut Ramadan dan tulus ikhlas menjalani puasa Ramadan serta menjadi pribadi taat setelah Ramadan. Mereka menjadikan Ramadan sarana untuk belajar memperbaiki diri dan batu loncatan untuk menjadi insan yang lebih baik di bulan selanjutnya Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah dan seterusnya.
Apakah kita golongan yang terakhir, beruntunglah kita. Aaamiin.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H