Muhaimin Iskandar dikenal politisi yang ulet. Keinginan dan obsesinya seperti harus jadi kenyataan. Yenny Wahid, anak mendiang Gusdur mengatakan bahwa dia politisi yang hebat - saking hebatnya dia mengkudeta gurunya sendiri.
Sambil mengunyah kacang rebus, aku tersenyum. Apalagi mendengarkan press conference mantan Presiden SBY yang mengatakan, "Demokrat ditelikung dan ditinggalkan".
Pertunjukan yang seru dipertontonkan. Agak vulgar memang. Tapi biarlah. Agar masyarakat tahu bagaimana politik di atas sana. Tiada yang abadi. Yang abadi adalah KEPENTINGAN.
Setakat ini, tentu rakyat hanya bisa menonton dan bergunjing dalam bingkai praduga dan semua konspirasinya. Meski politik kadang berbau amis, kotor, licin dan menjijikkan - namun, dari politik pula terlahir sejarah dan ketetapan sebagai kebijakan.
Ada yang baik ada pula yang buruk. Ah, kacangku separuh habis. Aku menyisihkan kulitnya agar leluasa kumakan isinya. Kacang oh kacang kenapa kau lupa pada kulitmu?
Muhaimin Iskandar menang diantara beragam bursa. Ia terpilih lantaran memiliki pengaruh di pemerintahan, di akar rumput NU juga PKB. Maaf, PKB versi Muhaimin - kata Yenny Wahid.
Nafsunya terulang bagaimana ia ingin menguasai PKB, ia juga sedari awal koalisi begitu ngotot menjadi cawapres. Bahasa di media juga bukan main frontalnya. Ia seorang ambisius yang nyata.