Mohon tunggu...
TAUFIK HIDAYAT
TAUFIK HIDAYAT Mohon Tunggu... Guru - Love, Bless and Dreams Comes True ❣️

Guru di MA Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Terima kasih yang sudah vote dan kasih komentar. Salam Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lucky Hakim, Mundur Daripada Jantung Kendur

3 Maret 2023   00:27 Diperbarui: 3 Maret 2023   10:37 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mending mundur

Dari pada jantung jadi kendur

Buat apa menjabat

Kalau tidak bisa berbuat

Lucky Hakim, menimbang iman

Lucky Hakim, menyiarkan kejadian

Ibu Nina Agustina diam seribu bahasa

Siasatnya telah menelurkan berita

Baca juga: Pesan Kehidupan

Wakil Bupati Indramayu, Lucky Hakim tidak mau bergelimang derita batin. Ia berontak dengan pernyataan yang menyibak. Biaya pilkada Rp 73 miliar melesap di udara. Ia tak peduli. Batinnya lunas. Bebannya tuntas. 

Ia tidak ingin jadi boneka. Boneka tak bisa berbuat apa-apa. Ia seperti diabaikan. Kursinya dibiarkan kosong. Tanpa ajudan. Tanpa asisten. Tanpa pemberitahuan. Ia berjalan dalam gelap bagai anak pramuka kehilangan jalan. 

Ia menolak uang makan. Ia menolak uang minum. Setahun Rp 483 juta. Saya tidak mau uang itu. Masa gak ngapa-ngapain dapat uang segitu. Kata Lucky kepada media. Nuraninya masih bersih. Alurnya masih jernih. Semoga. 

Terpilih 2020. Kini ia bebas berkelana. Ekstrak pendapatan berjuta-juta setiap bulan, ia lepaskan. Kini, tidak lagi sejalan. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Lucky Hakim kembali menjadi rakyat. Bebas tanpa sangkar emas yang selama dua tahunan ini yang menjerat urat nadinya. 

***

Better back

Than the heart so slack

What do you do?

If you can't do it

Lucky Hakim, weighing faith

Lucky Hakim, broadcasting the incident

Nina Agustina's mother is speechless

His ploy had already made the news

Deputy Regent of Indramayu, Lucky Hakim doesn't want to wallow in inner pain. He rebelled with a revealing statement. Pilkada costs Rp. 73 billion disappeared in the air. He didn't care. It's paid off. The burden is over.

He didn't want to be a doll. Puppets can not do anything. It's like being ignored. The seat was left vacant. No aide. No assistant. Without notice. He walked in the dark like a boy scout lost his way.

He refused food money. He refused to drink money. A year IDR 483 million. I don't want the money. Isn't it okay to get that kind of money. Lucky said to the media. His conscience is still clean. The plot is still clear. Hopefully.

Elected 2020. Now he is free to roam. Extracting multi-million income every month, he releases. Now, no longer compatible. Of the people, by the people and for the people. Lucky Hakim is back to being the people. Free without the golden cage that has been entangling his veins for the past two years.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun