Mohon tunggu...
TAUFIK HIDAYAT
TAUFIK HIDAYAT Mohon Tunggu... Guru - Love, Bless and Dreams Comes True ❣️

Guru di MA Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara. Terima kasih yang sudah vote dan kasih komentar. Salam Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kompasiana dan Ucapan Hari Natal

23 Desember 2022   15:04 Diperbarui: 23 Desember 2022   15:20 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, 22 Desember 2022

Saya melihat ada tambahan/insert tematik pohon cemara di logo Kompasiana. Saya cari tahu di postingan admin Kompasiana, ternyata tidak ada. Saya berasumsi sendiri. 

Mungkin karena sebentar lagi adalah Hari Natal, perayaan hari besar umat Kristiani di seluruh dunia. Pohon cemara adalah ikonik untuk perayaan Hari Natal.

Kepada keluarga besar Kompas dan juga Kompasiana khususnya saya ucapkan Selamat Hari Raya Natal yah. Semoga tidak mengurangi kadar keimanan saya. Tuhan kita cuma satu, kita yang tidak sama. 

Kepada Kompasianer yang turut merayakan, saya ucapkan Selamat Hari Raya Natal tahun ini. Semoga kasih dan sayang terus menyebar di seluruh muka bumi. 

Saya mau berkisah masa kecil saya boleh. Hehehe. Sebagai anak kecil yang lugu, saya begitu senang memiliki banyak teman. Tetangga saya dulu, 25 tahun yang lalu banyak yang beragama Kristen. Namun, bukan lambang dan simbol yang saya ingat hingga kini di usia saya yang ke-32. 

Kasih persaudaraan yang saya ingat. Bukan doktrin agama yang kadang disisipi kebencian. Saya suka berkawan, dan teman saya itu juga asyik saja berkawan. Saling berbagi. Saling tertawa. Kami bernyanyi dan mandi hujan bersama. Bermain kelereng dan memancing bersama. Jika musim layangan tiba, kami bermain layangan di kompleks kuburan - karena minimnya lapangan. 

Keluarga tetangga kami, waktu itu berjualan di pasar kawasan Medan. Mereka menjual aneka sayur dan juga buah. Tapi dominan buah pisang yang dijual. Sering kami diberi buah pisang yang masih layak dimakan. Sampai-sampai saya hapal betul aroma pisang itu. Pisang yang masak benar. 

Keluarga tetangga saya itu juga kerap memberi makanan, entah itu masakan atau kue-kue. Bila Natal tiba, mereka juga tidak segan memberikan kami aneka kue yang mereka buat sendiri. Jika ada sayur berlebih, maka kami bisa makan malam dengan sajian sayur di atas meja makan kami yang kecil. 

Tidak hanya itu, saya juga memiliki tetangga yang sedikit jauh dari rumah saya ketika itu. Kami memanggilnya Tante. Tante itu adalah pekerja di perusahaan swasta. Tante sering membawa majalah bekas yang tidak laku. Majalah Bobo waktu itu. Ia memberikannya kepada anak-anak di sekitar rumah kami - termasuk saya ketika itu. Hapal betul saya bau lembaran-lembaran majalah itu. Begitu menarik hati. 

Wahai Kompasianer, rumah saya bukan rumah mewah yah. Rumah rakyat jelata. Kami mengontrak beberapa tahun. Kisah-kisah ini terus berkesan pada saya, jika Natal semakin dekat. Ayah saya hanya seorang penarik becak sedang ibu saya hanya mengurusi rumah. Saya sulung yang memiliki satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. 

Seperempat abad lamanya, saya masih menyimpan kisah itu. Bukan kisah khayalan tapi kisah nyata yang belum pernah saya tuliskan dimana pun. 

Saya tak ingat lagi namanya, seorang gadis pekerja juga tinggal tidak jauh dari rumah Tante yang yang bekerja di toko Majalah. Tante itu suka membaca majalah menu masakan. Acapkali, kami anak-anak lorong, dipanggil Tante cantik itu masuk ke rumahnya, kali ini - beliau memberikan kami aneka puding dalam lemari pendinginnya. Itu terjadi berulang-ulang, hingga lekat dalam ingatan saya. Bahkan ketika Natal datang. 

Tatangga saya yang berjualan pisang, Tante yang bekerja di toko majalah anak, dan Tante cantik yang suka membuat puding - adalah sedikit kisah mengenai indahnya Natal yang pernah saya lalui. Mereka memberi tanpa melihat silsilah agama kami. Mereka memberi dengan cinta kepada anak-anak yang butuh kesan bahagia seumur hidup mereka. 

Jadi tidak berdosa dong bila saya dengan ini mengucapkan SELAMAT NATAL Kepada Seluruh Om dan Tante di Seluruh Indonesia dan Dunia. Semoga damai Natal menyertai.

Kebaikan Anda walau sesisir buah pisang, selembar kertas berisi dongeng dalam majalah dan sepotong puding coklat akan diingat oleh anak-anak yang ingin mengisi hidupnya dengan kenangan yang indah - tak peduli siapa dan bagaimana dia. Saya salah satunya. Terimakasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun