Sepi menjalar di ponselku yang lama menunggu.
Suara angin dingin menderu, sepertinya membawa
isi kantong celanaku, nelangsa. Sisa isinya
tidak dapat gantikan harga lapar yang menyala.
Perut semakin protes saja, "Ingat asam lambung"
gumam perutku. "Jamku liah didalam ponsel berlaku" jawabku.
Ada yang lelah menunggu, ada yang komentar mengganggu.
Ada tenaga ilmu yang siap berbagi candu.
Dan kuota dicangkir kopiku menguap, ponselku habis
semangat, padahal isi perutnya baru saja padat.
Satu jam sesudahnya, barulah surat berita mendarat:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!