Solusi Perkaderan
Kader sebagai seorang yang dipersiapkan untuk meneruskan dan melanjutkan estafet kepemimpinan sebuah organisasi, oleh karenanya kader IMM adalah mereka yang dipersiapkan secara khusus untuk menjadi kader ikatan, perserikatan, umat dan kader bangsa.
Selain itu, kader ikatan merupakan para Mahasiswa, sebagai intelektual muda yang memiliki semangat untuk menempa diri, dan berani mengambil peran sebagai pengubah zaman, pendobrak tatanan dan agen perubahan.
Para pejuang perubahan yang bukan hanya sekedar kuliah hanya untuk gelar sarjana saja, tapi berupaya untuk menanam keyakinan dan mendirikan sebuah posisi sebagai aktivis mahasiswa yang peduli akan lingkungan dan bangsa.
Perpindahan dari ide, gagasan sampai kepada aksi merupakan gerakan yang secara berkesinambungan sama halnya dengan hukum gerak dalam fisika yang bisa diukur dan ditentukan sejak dari memulai sampai kepada tujuan cita-cita organisasi.
Dalam orientasi kader pada taraf mengisi struktural IMM itu sendiri tidak lepas dari peran-peran instruktur selaku yang mengarahkan kader-kader dalam berproses, yakni dengan mengagendakan wadah perkaderan formal maupun non formal pada tiap level pimpinannya.
Sehingga kader-kader dapat saling mendukung dan saling membesarkan satu sama lain, dan tentunya dapat menyatukan dan meleburkan berbagai konsep gagasan tiap kader menjadi satu arah gerak yang tajam.
Proses di ranah komisariat penting untuk dikawal dan diarahkan oleh instruktur, agar ketika kader komisariat kemudian naik kepada tingkat kepemimpinan cabang, daerah dan pusat, bukan sekedar untuk eksistensi pribadi. Namun benar- benar hasil dari ide dan gagasan seorang kader untuk memajukan IMM serta mencapai tujuan IMM dan Muhammadiyah.
Maka menjadi catatan penting pada tiap level pimpinan memiliki beberpa instruktur serta Korps Instruktur yang selalu ter-regenerasi secara bertahap guna terbentuknya pola perkaderan yang responsif terhadap perubahan zaman.
Pola Gerakan
Ciri khas dari ranah gerakan kader-kader IMM selalu berpijak pada Trilogi IMM (keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan). Hal ini di jelaskan di dalam buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik karya Abdul Halim Sani, interpretasi simbol trilogi tersebut membuat  keagamaan menjadi religiusitas, kemahasiswaan menjadi intelektualitas, dan kemasyarakatan menjadi humanitas.