Mohon tunggu...
Taufik Halim Pranata
Taufik Halim Pranata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulislah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Ikatan: 100 Hari Kemunduran IMM Jambi

4 Juli 2023   16:50 Diperbarui: 4 Juli 2023   16:51 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: IMMawan Taufik Halim Pranata

"Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; bagaimana maksud amanat disia-siakan? Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (HR. Bukhari)

Seratus hari pertama merupakan indikator evaluasi awal setiap periode kepemimpinan untuk melihat indikasi keterhambatan ataupun ketidaksesuaian program kerja yang sedang di jalankan oleh suatu badan atau perangkat pengurus lembaga kepemimpinan baik di pemerintahan maupun organisasi. Meskipun tiada teori tentangnya, namun 100 hari adalah rentang waktu yang cukup untuk menuntaskan satu semester perkuliahan, begitupun program kerja organisasi.

Jika kita yang mengaku masih mahasiswa sepakat dengan bagaimana cara-cara kritik kita terhadap kekuasaan pemerintah dengan kata-kata frontal "Rapor Merah! Presiden Mundur!" Berbagai aksi mengevaluasi seratus hari kerja Presiden dan kabinetnya. Namun untuk konteks kali ini pandanglah sebagai keprihatinan akan kekakuan gerakan kita IMM Jambi pasca pelantikan DPD, seperti ada yang tidak 'sehat' secara kepemimpinannya.

DPD IMM Jambi pasca disumpah jabatan pada 19 September 2022 lalu, telah mengemban amanah, tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan untuk memandu arah gerakan IMM Jambi kedepan. Namun masih tidak tampak arah tujuan program kerja yang jelas dan pasti, yang mampu menyeimbangkan perkembangan organisasi, belum gagal tapi gagap mengambil momentum dimana masyarakat dunia telah memulai era kemajuan.

Mendekati akhir tahun 2022 yang menjadi tahun bangkitnya masyarakat dunia dari krisis dunia yang silih berganti, perubahan sosial dan budaya yang demikian membawa kita pada suatu titik berhadapan dengan lintasan arus peradaban yang begitu cepat, padat, efisien dan akurasi yang tinggi.

Namun sampai saat ini kita masih terjebak dengan titik permasalahan yang ada pada Internal IMM. Tidak ada kebijakan yang dibuat untuk usaha progresif memperbaiki tingkat pimpinan di bawahnya, cabang yang masih bertahan pada posisi antara ada dan tiada, komisariat yang tidak jelas arah, agenda dan strukturnya.

Sementara itu, Manusia sekarang sudah di tuntut bersaing dengan robot-robot pintar atau AI (artificial intelligence). Kita tertinggal jauh dalam mempersiapkan organisasi untuk menghadapi zamannya kecerdasan buatan yang sudah ada pada setiap genggaman tangan, tapi tidak mampu sepenuhnya di kuasai oleh kader-kader.

Apa lagi permasalahannya sekarang? Kuasa ada di tangan saudara, kebijakan saudara bisa buat, tapi begitu banyak masalah yang bukannya ada perbaikan tapi malah semakin parah, yang sebelumnya cabang-cabang aktif sekarang mulai pasif. Itu karena internal DPD saja tidak jelas, apalagi tingkat kebawahnya.

Sudah saatnya berubah, jangan lagi cabang hanya di manfaatkan sebagai suara-suara 'siluman' untuk kontestasi permusyawarahan pemilihan pimpinan baru. Istilah siluman dikarenakan cabang tersebut muncul pada momen tertentu saja. Tanpa dilantik, tanpa program kerja, kepengurusan 'gaib', namun muncul ketika perhelatan Musyawarah tingkat tinggi. Ingat kita bukan organisasi politik apa lagi partai.

Kembali pada hakikatnya IMM sebagai sebuah organisasi pergerakan dan kader Muhammadiyah Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Djazman Al-Kindi "Kami Melahirkan dan membina IMM dengan maksud mempersiapkan masa depan Muhammadiyah dengan tenaga yang terlatih, baik dibidang ilmiah maupun dibidang amaliah".

Oleh sebab itu, di dalam buku Abdul Halim Sani dijelaskan bahwa kepemimpinan IMM harus mampu memformulasikan serta memfasilitasi pembinaan kaderisasi, minimal pada tiga persoalan yaitu: ideologi, knowledge dan Skill agar kader- kader memiliki daya saing yang tinggi dan mampu mengelola organisasi dengan baik.

Dari hari-hari yang telah dilewati, apa yang sudah dilakukan DPD IMM Jambi mungkin perlu di diskusikan dan disosialisasi kebawah. Jangan dibiarkan begitu saja kami melihat tanpa penjelasan. Seperti diam-diam DPD lebih sering membuat proposal dan laporan keuangan. Jadi tanda tanya agendanya apa saja.

Saudara telah diamanahkan pada pucuk pimpinan tertinggi tingkat Provinsi, berkembang atau tidaknya IMM Jambi adalah cerminan berhasil atau gagalnya menjalankan amanah. Kata Pak Jendral Sudirman, Jika tidak sanggup, PULANG SAJA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun