Mohon tunggu...
Taufik Febriansah Padang
Taufik Febriansah Padang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SUMATERA UTARA MEDAN

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pilihan yang Terbaik

15 Januari 2025   10:13 Diperbarui: 15 Januari 2025   10:17 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi bukit hijau dan sungai jernih, hiduplah seorang pemuda bernama Bara. Sejak kecil, Bara dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin. Ia selalu mendapatkan nilai yang bagus disekolah bahkan langganan menajadi juara kelas. Ayahnya Pak Riko adalah seorang buruh pabrik di kota dan ibunya Siti adalah seorang ibu rumah tangga, Bara juga memiliki adik yang masih kecil berbeda 10 tahun dengan usianya. Keluarga Bara sangat lah cemara walaupun tidak terlalu kaya. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika ayahnya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan kerja di pabrik. Sejak saat itu, beban keluarga jatuh ke pundaknya.

Setelah kematian ayahnya, Bara dihadapkan pada dilema besar. Di satu sisi, ia ingin melanjutkan pendidikannya di universitas ternama di kota besar, sesuatu yang selalu menjadi impiannya dan juga harapan mendiang ayahnya. Di sisi lain, ibunya mulai sakit-sakitan, dan adiknya yang masih kecil membutuhkan perhatian. Kebutuhan keluarga mendesaknya untuk bekerja demi menghidupi mereka.

Setiap malam, Baru selalu duduk termenung di teras rumah, memandangi bintang-bintang sambil bertanya pada dirinya sendiri, “Mana yang harus kupilih?” Ia merasa terjebak dalam kebimbangan yang tidak berakhir. Tetapi Bara tidak putus asa dia tetap mencoba untuk mengikuti proses pendaftaran kuliah.

Setelah mengikuti proses pendaftaran ternyata kesempatan untuk melanjutkan pendidikan akhirnya datang. Bara tidak hanya lulus masuk di Universitas impiannya tetapi dia juga  menerima beasiswa penuh dari universitas impiannya itu. Kabar itu membawa kebahagiaan pastinya kepada Bara tetapi di balik kebahagiaan itu ada rasa cemas yang di pendamnya. Dia belum berani untuk memberitahukan kabar gembira itu kepada ibunya. Padahal Ibunya, Bu Siti, sudah mengetahui hal tersebut dari guru Bara. Seketika karena ibu Siti yang melihat Bara larut dalam kebimbangan berkata kepada Bara.

“Bara, jangan pikirkan Ibu terlalu banyak. Pendidikanmu lebih penting. Adikmu dan Ibu bisa bertahan,” kata Bu Siti sambil tersenyum lemah.

Namun, di dalam hatinya, Bara tahu bahwa meninggalkan keluarganya dalam kondisi seperti itu bukanlah keputusan yang mudah. Konflik ini semakin memuncak ketika ia mendapatkan tawaran pekerjaan dari Pak Wiryo, seorang pengusaha lokal yang baik hati. Pekerjaan itu menjanjikan gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya, tetapi apa bila dia menerima pekeraan ini berarti ia harus mengubur mimpinya untuk sementara waktu.

Sahabat dekatnya, Nara, mencoba memberikan pandangan lain kepada Bara

“Bara, mungkin kamu bisa memilih jalan tengah. Kuliah sambil kerja di Jakarta. Berat, tapi itu mungkin. ”

Baca juga: Si Plin Plan

Saran itu terdengar masuk akal, tetapi tetap saja tidak menghapus rasa bersalah yang membebani hatinya.

Setelah merenung selama beberapa hari, Bara akhirnya membuat keputusan. Ia memilih untuk menerima beasiswa dan melanjutkan kuliah di Jakarta. Namun, ia tidak melupakan tanggung jawabnya kepada keluarga. Dengan dukungan Nara, Bara mencari pekerjaan paruh waktu yang memungkinkan ia mengirimkan sebagian penghasilannya ke rumah. Ia juga berjanji untuk pulang setiap akhir semester.

Bu Siti terharu mendengar keputusan itu. “Bara, Ibu bangga padamu. Hidup selalu soal pilihan, dan kamu memilih dengan hati.”

Bara berjuang untuk menyeimbangkan kuliah dan pekerjaan. Ia menghadapi banyak tantangan, tetapi tidak pernah menyerah. Ia terus berusaha untuk menjadi yang terbaik dan membahagiakan keluarganya. Karena sibuk dengan perkuliahan dan pekerajaan Bara jadi tidak sempat pulang kekampung. Dia hanya mengirimkan uang gajinya saja kekampung.

Di Jakarta, Bara bertemu dengan teman-teman baru yang mendukungnya. Mereka bersama-sama menghadapi kesulitan dan berbagi kebahagiaan. Bara juga menemukan mentor yang sering memberikan dia pembelajaran tentang hidup dan memberikan bimbingan selama bara berada di Jakarta.

Tahun-tahun berlalu, dan Bara mencapai prestasi yang gemilang. Ia lulus dengan predikat terbaik dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Gaji yang lebih tinggi memungkinkannya membawa ibu dan adiknya pindah ke Jakarta. Ketika Wisuda ibu Bara tidak dapat hadir dengan alasan sakit, itu yang dikatakan adik Bara dari kampung.

Setelah wisuda Bara pulang kekampung dengan tujuan untuk menjemput ibu dan adiknya agar tinggal bersama dengan dirinya di Jakarta. Tetapi sesampai di Kampung Bara amat sangat terkejut. Dia mendapati Bahwa ibunya sudah meninggal dunia  ketika hari dia di wisuda.

Bara sangat merasa bersalah dia menganggap bahwa dia kurang memberikan perhatian selama ini kepada ibunya. Dia juga merasa tidak ada gunanya semua pencapaian yang di dapatnya selama ini. Dari Adik nya Bara mendapat surat yang ditulis ibunya. Surat yang berisi kata kata manis dari ibunya dan kata permintaan untuk Bara menjaga adiknya dengan baik.

Selang beberapa hari Bara pun bergegas kembali ke Jakarta, dia membawa adiknya sesuai dengan permintaan ibunya. Dia memberikan segalanya kepada adiknya karena dia ingin menepati permintaan terakhir ibunya dan pastinya Adiknya belajar dengan sungguh sungguh juga. Walaupun dia kehilangan ibunya Bara tetap bersyukur karena masih memiliki adiknya sebagai keluarga satu satunya. Bara merasa inilah Pilihan yang terbaik yang mungkin di pilihkan tuhan kepadanya.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun