Itulah mengapa, terkait sosialisasi dengan pola presentasi program dan visi misi Saya sebagai caleg, perempuan selalu menjadi objeknya. Meski demikian, bukan berarti Saya menutup ruang bagi lelaki untuk mendengarkan. Meski hanya satu atau lebih, beberapa pertemuan juga ada laki-laki sebagai peserta forum. Namun, benarlah hasil penelitian itu, pendengar perempuan banyak yang serius menyaksikan sekaligus memberi respon, semantara yang lelaki justru sibuk dengan handphonenya atau lebih memilih diam tak menggubris.
Terus, apakah tak mau memperoleh dukungan dari pemilih lelaki? Wah, pasti mau lah. Namun, metode sosialisasi ke lelaki, baik yang muda dan tua, harus dengan pendekatan yang berbeda. Seperti apa? Akan Saya share nanti.
Sosialisasi nyaleg, bukan sekedar berharap agar apa yang diprogramkan, dijanjikan bahkan disampaikan bisa didengar dan mendapatkan dukungan hingga memilih pada hari "H". Tetapi, kegiatan ini juga bagian dari memastikan semua yang disampaikan mendapat respon yang perlu dievaluasi atau diapresiasi. Dengan cara ini, maka pemilih Kita pun tidak terjebak pada iming-iming semata, melainkan ada keyakinan bahwa caleg tersebut memang layak dipilih. Semoga ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H