Mohon tunggu...
Taufik
Taufik Mohon Tunggu... Editor - Freelancer Berdaulat

Pejalan yang membutuhkan Energi Langit

Selanjutnya

Tutup

Trip

Di Balik 15 Hari Perjalanan Pemasangan Kamera Trap di TN Gunung Leuser

4 November 2024   12:38 Diperbarui: 5 November 2024   10:15 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zikri, salah satu tim dari kegiatan pemasangan kamera trap di kawasan konservasi (dok. zikri)

Penulis: Zikri / Anggota KSM Rimueng Aulia, Panton Luas-Aceh Selatan

Selama 15 hari, tim pemasangan kamera trap terjun ke dalam kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) untuk memasang kamera trap. Tujuannya adalah memantau satwa liar, termasuk spesies langka seperti harimau sumatera, gajah, dan badak. Perjalanan ini bukan hanya tentang pemasangan alat, tetapi juga tentang tantangan alam, mulai dari medan yang sulit hingga kondisi cuaca ekstrem. Tim harus bekerja keras sambil memastikan tidak mengganggu habitat alami satwa. Kamera trap ini diharapkan membantu memperkaya data konservasi dan menjadi langkah penting dalam upaya perlindungan keanekaragaman hayati TNGL.

Tulisan berikut  ini akan saya bagi kisah tentang perjalanan luar biasa kami menuju camp induk, demi persiapan pemasangan camera trap di tengah hutan gunung leuser yang masih alami. Perjalanan ini nggak main-main, butuh tenaga ekstra dan tekad yang kuat karena memakan waktu sekitar 8 hari sampai kami bisa mencapai camp induk.

Persiapan Tim

Pertama-tama, sebelum mulai perjalanan, kami mempersiapkan semua kebutuhan dengan packing ke dalam carrier. Bayangkan, satu carrier yang udah diisi penuh bisa mencapai bobot sekitar 40-50 kg! Setiap orang memikul beban seberat itu selama perjalanan panjang ini, jadi persiapan fisik dan mental jelas harus maksimal.

Melewati Berbagai Camp Hingga ke Camp Induk

Di sepanjang perjalanan, kami melewati beberapa camp, yang menjadi titik-titik istirahat dan orientasi. Ada beberapa camp yang kami singgahi sebelum akhirnya mencapai tujuan akhir di camp induk:

  1. Camp Kepala Jembatan
  2. Camp Durian
  3. Camp Pakis
  4. Camp Tanjakan Babi
  5. Camp Drum
  6. Camp Rotan
  7. Camp Terakhir
  8. Camp Induk

Di antara semua camp ini, camp yang paling membekas di hati kami adalah Camp Tanjakan Babi. Di sinilah, tantangan terberat muncul.

Tantangan Berat di Camp Tanjakan Babi

Camp Tanjakan Babi benar-benar menyuguhkan pengalaman yang nggak terlupakan. Jalur menuju ke sana adalah yang paling sulit dilalui, dengan jalan yang penuh semak-semak dan tanah yang sangat gembur. Dengan beban carrier yang berat, langkah kami dihadapkan pada tantangan luar biasa. Setiap kali berjalan 2 meter ke atas, kami harus siap terpeleset dan mundur sejauh 5 meter ke bawah lagi karena tanahnya licin dan gembur.

Tapi semua kesulitan itu terbayar ketika kami akhirnya sampai di puncak Tanjakan Babi. Pemandangan dari atas sini sangat indah, dengan panorama pegunungan yang menghampar di hadapan kami. Kami bahkan bisa mengakses jaringan internet di sini! Camp ini menjadi tempat kami beristirahat dan menikmati suasana sambil ngecamp semalam.

Trek Menantang Menuju Camp Drum

Setelah bermalam di Camp Tanjakan Babi, kami melanjutkan perjalanan yang makin menantang. Trek yang kami hadapi adalah tanjakan demi tanjakan hingga sampai ke Camp Drum. Meskipun terasa berat, keindahan alam di sepanjang jalur ini membuat kami terus bersemangat. Kami bisa menyaksikan flora dan fauna yang masih terjaga dengan baik.

Menyaksikan Keajaiban Bunga Bangkai

Bunga Bangkai (dok. Zikrie)
Bunga Bangkai (dok. Zikrie)

Di perjalanan menuju camp induk, kami juga menemukan flora langka yang jarang ditemui, yaitu bunga bangkai. Bunga besar yang unik ini tumbuh liar di tengah hutan, menjadi salah satu pemandangan yang benar-benar menyita perhatian kami. Keindahan alam di hutan ini seakan menjadi penghibur di tengah beratnya medan perjalanan.

Sampai di Camp Induk

Setelah 7 hari penuh perjuangan, akhirnya kami sampai di camp induk. Di sini, kami mendirikan camp yang cukup kokoh sebagai tempat menyimpan logistik dan persiapan pemasangan camera trap. Dua hari kami habiskan di camp ini, memulihkan tenaga dan bersiap untuk kembali ke titik awal demi menjemput logistik yang akan dibutuhkan selanjutnya.

Perjalanan ini mungkin berat, tapi pemandangan alam yang luar biasa dan pengalaman berharga yang kami dapatkan menjadikan semuanya sangat layak untuk dijalani. Setiap camp yang kami singgahi menyimpan cerita dan kesan yang nggak akan terlupakan.

Tujuan kegiatan pemasangan camera trap

Tujuan kegiatan pemasangan camera trap ini adalah untuk memantau keberadaan dan aktivitas satwa liar di Hutan Lindung dan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Monitoring ini sangat penting guna mengidentifikasi spesies yang ada, termasuk satwa langka dan dilindungi, serta memahami perilaku mereka di habitat aslinya. Dengan data dari kamera, tim berharap dapat mengetahui jalur lintasan, kebiasaan, serta populasi satwa secara akurat. Informasi ini nantinya akan menjadi dasar dalam merumuskan strategi perlindungan dan pengelolaan yang lebih baik di wilayah tersebut.

Kegiatan pemasangan camera trap ini dilakukan selama 15 hari, melibatkan sinergi antara Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rimueng Aulia, serta masyarakat lokal. Total peserta yang berpartisipasi mencapai 30 orang, yang terdiri dari para ahli dan masyarakat yang memahami wilayah hutan ini.

Area Pemasangan dan Tantangan di Lapangan

Kawasan pemasangan camera trap terletak di Hutan Lindung dan area Taman Nasional Gunung Leuser yang berada di wilayah administrasi Peulumat, Kecamatan Labuhan Haji. Lokasi ini dikenal memiliki medan yang menantang dengan hutan lebat, topografi berbukit, dan keberagaman satwa liar yang tinggi. Setiap peserta perlu menempuh perjalanan cukup jauh untuk mencapai titik pemasangan kamera yang tersebar di berbagai area strategis.

Manfaat Kegiatan Pemasangan Camera Trap

Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi konservasi satwa liar, tapi juga memiliki dampak positif bagi masyarakat setempat. Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan ini, masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan serta memperoleh pengetahuan tentang cara memantau dan menjaga keanekaragaman hayati di sekitar mereka.

Pemasangan camera trap di Hutan Lindung dan TNGL ini merupakan langkah penting dalam upaya menjaga kelestarian alam dan kehidupan satwa liar di Kecamatan Labuhan Haji. Data yang terkumpul akan menjadi panduan bagi pihak terkait dalam melakukan pengelolaan yang lebih efektif dan berkelanjutan di masa depan.

sumber: https://zikriel098.blogspot.com/2024/10/camera-trap.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun