Seperti manusia yang terkadang menjauhi apa yang asing dan tidak biasa, beruk yang dicat pink mungkin akan menghadapi penolakan dari kelompoknya. Dalam dunia hewan, warna sering kali menandakan sesuatu yang berbahaya atau tidak alami.
Seekor beruk dengan bulu berwarna pink terang akan tampak mencolok di mata kelompoknya, menciptakan rasa ketidaknyamanan atau bahkan ancaman terhadap stabilitas sosial mereka.
Penolakan ini memiliki dampak psikologis yang mendalam bagi si beruk. Ia, yang dulunya bagian dari komunitas, tiba-tiba menjadi terasing. Pengalaman ini bisa merubah perilakunya secara drastis. Beruk yang terpisah dari kelompoknya sering kali mengalami penurunan dominasi, kehilangan dukungan sosial, dan akhirnya, jarang berani kembali ke wilayah yang sama.
Di sinilah efek pink benar-benar menunjukkan kekuatannya: bukan dalam bentuk kekerasan atau kekuatan fisik, melainkan dalam perubahan perilaku yang disebabkan oleh tekanan psikologis.
Petua Senebok dengan Pakaian Pink Menghadirkan Simbol Ketakutan Baru bagi hama beruk atau monyet
Di sisi lain, kehadiran Petua Senebok yang mengenakan seragam pink juga membawa efek psikologis serupa pada monyet atau beruk. Selama ini, keberadaan manusia atau penjaga kebun sering kali diabaikan oleh kawanan beruk yang cerdik.
Mereka telah terbiasa dengan kehadiran manusia yang menggunakan alat sederhana untuk mengusir mereka. Namun, dengan kehadiran figur Petua Senebok dalam pakaian pink, mereka akan menghadapi sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Bagi hewan liar, sesuatu yang tak biasa sering kali dipandang sebagai ancaman. Petua Senebok dengan warna mencolok ini, yang dipandang sebagai sesuatu yang "lain" dari manusia biasa, bisa mengganggu kenyamanan beruk di wilayah kebun. Beruk mungkin akan mengasosiasikan kehadiran warna pink ini dengan ancaman atau bahaya, menjauhkan mereka dari kebun dan mengurangi gangguan pada tanaman.
Bukan tak mungkin, dalam waktu dekat, serangan beruk di kebun akan semakin jarang terjadi. Penggunaan warna pink, baik pada beruk yang tertangkap maupun Petua Senebok, menciptakan semacam shock yang mengganggu keseimbangan psikologis dan sosial kawanan beruk. Mereka belajar untuk menghindari wilayah-wilayah yang terhubung dengan pengalaman yang tidak menyenangkan ini.
Melalui pendekatan yang tidak mengandalkan kekerasan, para petani mampu menjaga kebun mereka tanpa merusak ekosistem yang ada. Warna pink menjadi senjata yang tak terlihat namun kuat, sebuah simbol dari kreativitas dan ketekunan yang berhasil melindungi hasil bumi.
Dengan berjalannya waktu, mungkin kebun-kebun ini akan menjadi tempat di mana beruk dan petani bisa hidup berdampingan, namun dengan batas yang jelas.
Dan siapa yang menyangka bahwa solusi untuk masalah berlarut ini terletak pada sesuatu yang sederhana seperti warna pink? Warna yang mengusik, mengganggu, dan pada akhirnya, mengusir para perusak dari kebun yang penuh harapan.