Mohon tunggu...
Taufiq HD
Taufiq HD Mohon Tunggu... Freelancer - wiraswasta

Seorang pemerhati tulisan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Angkat, Berbahagialah

25 April 2022   18:55 Diperbarui: 19 Mei 2024   23:41 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa arti seorang bapak atau ibu atau orang tua?

Pertama. Paling dasar bahwa memang karena "perantaraan mereka" kita hadir ke dunia. Ini yg disebut orang tua kandung atau orang tua biologis.

Lalu apakah sampai disitu saja? Tidak. Jika sampai disitu saja oh alangkah mudahnya menjadi orang tua.

Arti orang tua adalah, jika ia seorang ayah maka ialah yg bertanggungjawab menafkahi (memberi makanan, pakaian, tempat tinggal dan menjamin sekolah dan kesehatan) seorang anak. Tidak cukup menafkahi seorang ayah adalah pembela dan pelindung anak-anaknya. Lebih ideal lagi seorang ayah adalah pendidik karakter dan mental anak-anaknya apalagi bila ia bisa menjadi contoh yg baik.

Jika ia seorang ibu, maka ia yg membesarkan anak-anaknya dengan kelembutan dan kasih sayang. Ia memberikan pendidikan dasar yg baik di rumah. Ia yg menyiapkan segala keperluan anak dari urusan makanan, pakaian hingga sekolah si anak sebelum ia dewasa. Seorang ibu tempat seorang anak berkeluh kesah tanpa ia pernah bosan mendengar keluh kesah anaknya. Tak jarang peran seorang ayah juga diambil seorang ibu misalnya jika si ibu juga turut mencari nafkah atau jika si ibu seorang single parent.

Walaupun ada kesan peran ayah dan ibu dikhususkan namun tidak ada aturan mutlak bahwa seorang ibu tidak bisa mengambil peran seorang ayah, begitu juga sebaliknya. Selama untuk kebaikan dan hasilnya diterima bersama maka bertukar peran bukanlah sebuah masalah.

Berdasarkan pandangan diatas maka anak-anak yg besar bersama orang tua yg bukan orang tua kandungnya tidak perlu berkecil hati. Karena orang tua angkat atau apalah istilahnya adalah mereka yg memilih anak-anak untuk mereka besarkan. Begitu mereka memutuskan seorang anak menjadi anaknya maka berbagai tugas dan kewajibannya sebagai orang tua bagi si anak sebagaimana yg tersebut diatas wajib mereka lakukan. Itu tidak bisa ia alihkan ke orang lain. Satu-satunya yg tidak bisa mereka lakukan yakni menjadi perantara bagi kehadiran si anak di muka bumi.

Maka apa yg dirasakan oleh anak-anak lainnya yg besar bersama orang tua kandung mereka sama saja sebagian besarnya dgn yg dirasakan oleh seorang anak angkat. Bahwasanya mereka sama-sama disayang, diberi makanan, pakaian, tempat tinggal, dijamin pendidikan dan kesehatannya, yang mana hal itu tidak akan dilakukan seorang orang tua kepada anak yg bukan anaknya.

Hidup bersama orang tua kandung memang adalah hal yg ideal tetapi walaupun begitu tidak serta merta keadaan menjadi ideal. Berapa banyak anak yg hidup bersama orang tua kandung tetapi kasihan hidup mereka luntang lantung tidak punya tempat tinggal menetap misalnya. Ada juga anak yg dipaksa bekerja di jalan padahal ia masih kecil. Beberapa anak mendapat perlakuan kekerasan bahkan pelecehan dari orang tua kandungnya. Ada anak yg orang tuanya broken home bahkan akhirnya berpisah sehingga kehadiran orang tua yg lengkap tidak mereka rasakan. Dan banyak lagi problematika dalam rumah tangga yg mengusik kebahagiaan seorang anak walaupun ia hidup bersama orang tua kandungnya.

Maka oleh karena itu seorang anak walaupun berstatus anak angkat atau anak sambung atau apapun itu walaupun tidak hidup bersama orang tua kandung janganlah hal itu menjadi penghalang atau beban dalam mencapai kebahagiaan hidup.

Sayangi dan hormati orang tua yg telah membesarkan kalian. Karena tugas membesarkan seorang anak itu adalah jauh lebih berat dan mulia daripada sekedar "membikin anak". Itu adalah tugas sepanjang hayat. Sementara untuk orang tua kandung kalian jika kalian tahu orangnya tetaplah bersikap baik pada mereka tanpa perlu ada perasaan dendam karena merasa telah ditinggal atau ditelantarkan.

Bersedih saat pertama kali menyadari kenyataan bahwa kita adalah anak angkat adalah wajar  dan manusiawi namun jangan seterusnya itu menjadi beban atau alasan untuk tidak menikmati hidup dan bahagia. Hidup semua orang berjalan ke depan, tidak ada yg mundur. Tidak ada yg bisa mengembalikan keadaan yg sudah terjadi di masa lalu. 

Hidup terpisah dari orang tua kandung bukanlah keadaan yg seorang anak angkat inginkan atau pilih. Itu begitu saja terjadi tanpa ada kemampuan dari si anak untuk mengontrolnya. Maka terhadap hal yg sudah berlalu kita hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima. Jika ternyata ada usaha - selama tidak terlalu dipaksakan- untuk mencari tahu orang tua kandung sebenarnya tidak ada masalah. Mungkin hal itu bisa sekedar untuk memuaskan rasa penasaran. Jika bertemu syukur dan jika tidak juga tidak masalah.

Mungkin akan ada perasaan merasa sendiri (walaupun dikelilingi oleh orang-orang yg menyayanginya yakni keluarga orang tua angkat) karena tidak punya sanak saudara yg sedarah namun janganlah hal itu dipikir terus berlama-lama. Nikmati hidup, jalinlah persahabatan, raih kesuksesan dalam pekerjaan, mendapatkan tambatan hati yg baik, membangun rumah tangga dan pada akhirnya memiliki anak dan cucu. Hidup sehat dan panjang umur. Bukankah itu yg diinginkan semua orang tak peduli mereka hidup bersama orang tua kandung atau angkat.

Janganlah berpikir bahwa orang akan memandang sebelah mata kepada kita. Alasannya pertama itu bisa jadi hanya pikiran kita saja sementara tidak ada orang yg memikirkan asal usul kita sepanjang waktu. Setiap orang sudah cukup tersita waktunya memikirkan masalahnya masing-masing. Kedua, kalaupun ada yg memandang remeh kita biarkan saja selama itu dalam hatinya saja tidak diungkapkan secara verbal apalagi di depan umum dgn maksud mempermalukan kita. Kita tidak hidup dari pendapat orang terhadap kita melainkan kita hidup dari bagaimana cara kita berpikir dan memandang diri kita, mampu atau tidak, layak atau tidak, bernilai atau tidak, dll.

Maka seseorang janganlah hidup dengan trauma nya di masa lalu. Ia pasti tidak akan mencapai kebahagiaan. Namun tataplah tujuan kedepan, kita ingin jadi apa, kita ingin hidup dengan cara bagaimana, lalu dengan tujuan itu kita fokus dan melangkah. Insya Allah dengan prinsip seperti itu kita akan menjadi manusia merdeka (dari trauma) dan bisa meraih bahagia dalam kehidupan. ###

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun