Mohon tunggu...
Taufiq HD
Taufiq HD Mohon Tunggu... Freelancer - wiraswasta

Seorang pemerhati tulisan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Angkat, Berbahagialah

25 April 2022   18:55 Diperbarui: 19 Mei 2024   23:41 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bersedih saat pertama kali menyadari kenyataan bahwa kita adalah anak angkat adalah wajar  dan manusiawi namun jangan seterusnya itu menjadi beban atau alasan untuk tidak menikmati hidup dan bahagia. Hidup semua orang berjalan ke depan, tidak ada yg mundur. Tidak ada yg bisa mengembalikan keadaan yg sudah terjadi di masa lalu. 

Hidup terpisah dari orang tua kandung bukanlah keadaan yg seorang anak angkat inginkan atau pilih. Itu begitu saja terjadi tanpa ada kemampuan dari si anak untuk mengontrolnya. Maka terhadap hal yg sudah berlalu kita hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima. Jika ternyata ada usaha - selama tidak terlalu dipaksakan- untuk mencari tahu orang tua kandung sebenarnya tidak ada masalah. Mungkin hal itu bisa sekedar untuk memuaskan rasa penasaran. Jika bertemu syukur dan jika tidak juga tidak masalah.

Mungkin akan ada perasaan merasa sendiri (walaupun dikelilingi oleh orang-orang yg menyayanginya yakni keluarga orang tua angkat) karena tidak punya sanak saudara yg sedarah namun janganlah hal itu dipikir terus berlama-lama. Nikmati hidup, jalinlah persahabatan, raih kesuksesan dalam pekerjaan, mendapatkan tambatan hati yg baik, membangun rumah tangga dan pada akhirnya memiliki anak dan cucu. Hidup sehat dan panjang umur. Bukankah itu yg diinginkan semua orang tak peduli mereka hidup bersama orang tua kandung atau angkat.

Janganlah berpikir bahwa orang akan memandang sebelah mata kepada kita. Alasannya pertama itu bisa jadi hanya pikiran kita saja sementara tidak ada orang yg memikirkan asal usul kita sepanjang waktu. Setiap orang sudah cukup tersita waktunya memikirkan masalahnya masing-masing. Kedua, kalaupun ada yg memandang remeh kita biarkan saja selama itu dalam hatinya saja tidak diungkapkan secara verbal apalagi di depan umum dgn maksud mempermalukan kita. Kita tidak hidup dari pendapat orang terhadap kita melainkan kita hidup dari bagaimana cara kita berpikir dan memandang diri kita, mampu atau tidak, layak atau tidak, bernilai atau tidak, dll.

Maka seseorang janganlah hidup dengan trauma nya di masa lalu. Ia pasti tidak akan mencapai kebahagiaan. Namun tataplah tujuan kedepan, kita ingin jadi apa, kita ingin hidup dengan cara bagaimana, lalu dengan tujuan itu kita fokus dan melangkah. Insya Allah dengan prinsip seperti itu kita akan menjadi manusia merdeka (dari trauma) dan bisa meraih bahagia dalam kehidupan. ###

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun