Ingatan tadi membuat saya tersenyum sambil tetap mengaduk kopi ini. Rupanya kopi ini sudah membangkitkan satu potongan memori mengagumkan yang sudah lama tidak saya ingat. Sepertinya, kopi ini mendekatkan saya dengan memori tadi, yang padahal terjadi sepuluh tahun lalu. Ini menyadarkan saya betapa waktu sungguh cepat berlalu dan pendek. Saya pun menemukan, kopi adalah salah satu teman bicara, bukan objek untuk menambah energi. Tapi dia ada, ketika kita membutuhkan momen untuk berkaca tentang waktu yang sudah kita lalui.
Kopi adalah teman refleksi diri. Teman ketiga antara percakapan kita dengan hati. Dia adalah mediator agar pikiran dan hati kita saling mengerti. Manusia saja kalau dari kecil tidak diajak bicara, tentu dia akan bisu. Apalagi hati?! Kalau kelamaan tidak diajak bicara, hati juga bisa mati. Ngudo Roso lan Mulat Sariro, membuka perasaan melihat diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H