Apa yang terjadi? Hal itu menghasilkan sesuatu yang cacat, sampai-sampai sebagian pengikutnya tidak bisa menjelaskannya, seperti masalah "kasb" pada Asy'ariyah, dan masalah-masalah lainnya yang bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak mampu menjelaskannya. Maka tidak ada jalan lain bagi kalian kecuali mengikuti jalan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam ilmu, berpegang teguh pada metode ilmu melalui kitab dan sunnah, serta apa yang dipegang oleh salaf umat ini.
Â
Prinsip ini, yaitu berpegang teguh kepada Kitab Allah, sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan apa yang dipegang oleh salaf umat ini, sangat jelas dalam Kitab Allah, sunnah Rasul-Nya, dan ijma' Ahlus Sunnah wal Jamaah. Allah Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, Kami akan biarkan dia di jalan yang dia pilih, dan Kami akan masukkan dia ke dalam neraka Jahannam, dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (Surah An-Nisa' (4:115))
Â
Â
Dan Allah Ta'ala berfirman: "Jika mereka beriman sebagaimana kalian beriman, sungguh mereka telah mendapat petunjuk." (Surah Al-Baqarah (2:137)). Pembagian itu dua: mengikuti atau membuat bid'ah. Jika mereka beriman seperti kalian beriman, mereka telah mendapat petunjuk, namun jika mereka tidak beriman seperti kalian beriman, maka mereka tersesat, dan kita berlindung kepada Allah dari itu.
Â
Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya." (Surah Al-Bayyinah (98:8)) Allah Azza wa Jalla menggantungkan keridhaan-Nya kepada dua kelompok ini.
Â
Sekarang, apa yang tersisa? Mereka yang mengikuti para sahabat dengan baik. Saya memohon kepada Allah agar menjadikan saya dan kalian termasuk dari mereka. Adapun tentang sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ada banyak hadits yang menjelaskannya, di antaranya adalah hadits Amirul Mukminin Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para perawi hadits lainnya: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu."
Â
Para sahabat bertanya: "Siapakah mereka, ya Rasulullah?" Nabi menjawab: "Mereka yang berada di atas jalan yang aku dan para sahabatku berada di atasnya hari ini." (HR. At-Tirmidzi no. 2641 dan at-Thabrani no.14646, Al-Hakim no. 444, shohih). Â Hadits agung ini dilemahkan oleh para pengikut jalan-jalan bid'ah, yang mengatakan bahwa jalan menuju Allah sebanyak nafas manusia.
Â
Oleh karena itu, mereka tidak puas dengan cara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sampai mereka menambahkan cara-cara lain, seperti metode ini dan itu. Setiap orang yang mengaitkan dirinya dengan metode-metode ini sebenarnya mengakui dan menyaksikan bahwa mereka menyelisihi cara Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, karena jika mereka adalah pengikut Rasulullah , mereka akan mengaitkan diri mereka dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan dengan si fulan dan si fulan.
Â
Mereka mengatakan bahwa hadits ini lemah, sampai-sampai mereka mengatakan: "Semua golongan selamat," dan kita berlindung kepada Allah dari itu. Mereka menyangka bahwa hadits ini adalah satu-satunya hadits dalam bab ini. Padahal hadits ini hanyalah salah satu dari puluhan hadits lainnya, di antaranya adalah hadits 'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu yang berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menasihati kami dengan nasihat yang mendalam, hati-hati menjadi takut karenanya dan mata-mata berlinang air mata." Â (HR. Abu Dawud no. 4607, Ahmad no. 17185)
Â
Kami berkata: "Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat." Rasulullah bersabda: "Aku wasiatkan kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat, dan sesungguhnya siapa yang hidup di antara kalian akan melihat banyak perselisihan. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian, dan berhati-hatilah terhadap perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid'ah."
Â
Wahai para syaikh yang mulia, hadits 'Irbadh ini secara lafaz dan makna sesuai dengan hadits Mu'awiyah. Perhatikanlah dalam hadits Mu'awiyah, beliau berkata: "Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan." Sedangkan dalam hadits 'Irbadh: "Siapa yang hidup di antara kalian akan melihat banyak perselisihan." Di sini disebutkan perselisihan, sementara di hadits lainnya disebutkan jumlah golongannya, dan di sini tidak disebutkan jumlah.
Â
Dalam hadits Mu'awiyah, para sahabat meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ciri-ciri dari golongan yang selamat, maka beliau menjawab: "Mereka yang berada di atas jalan yang aku dan para sahabatku berada di atasnya hari ini."
Dalam hadits 'Irbadh disebutkan: "Maka berpeganglah kalian kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk setelahku." Tiada  Rabb selain Allah, sungguh kedua hadits ini (hadits 'Irbadh dan hadits Mu'awiyah) benar-benar sama dalam lafaz dan makna. Demikian pula hadits Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggambar garis lurus untuk kami, lalu beliau menggambar beberapa garis kecil di kanan dan kirinya, kemudian beliau bersabda: "Ini adalah jalan Allah, dan ini adalah jalan-jalan yang di atas setiap jalan ada setan yang mengajak kepadanya." Lalu beliau membaca firman Allah Ta'ala: "Dan bahwa ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu akan memisahkan kalian dari jalan-Nya." (HR. Ahmad no. 4142, an-Nasaai dalam as-Sunan al-Kubro no. 11174).
Â