Dalam Ensiklopedia tersebut dikatakan bahwa ada sedikit keraguan bahwa Copernicus telah mengetahui penemuan dan karya Ibnu Asy-Syathir. Itu merupakan ungkapan yang sudah ada sejak dulu dan tidak menyentuh berita-berita baru. Berita baru tersebut menjawab pernyataan tentang pengutipan secara terperinci masih rumit untuk diketahui. Berita-berita tersebut tentang ditemukannya beberapa manuskrip karya Ibnu Asy-Syathir di tempat kelahiran Copernicus. Gharib Gaudah menyatakan bahwa dengan demikian permasalahannya sudah jelas, bahwa Copernicus telah menyadur ide-ide Ibnu Asy-Syathir dan menjadikannya sebagai idenya sendiri.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan seorang Dosen Universitas Ghoute di Wilayah Frankfrut Jerman, David Kanje (1970M), yang menjelaskan bahwa kebanyakan dari teori-teori yang dinisbatkan kepada Copernicus Polandia adalah teori Ibnu Syathir. Hal ini diketahui sesudah tiga tahun selepas ditemukannya manuskrip Arab di Polandia yang menjelaskan bahwa Copernicus telah menjiplak darinya. Berarti ini menguatkan isi dari muqadimah, Ibnu Zuraiq mengatakan, Ibnu Asy-Syathir telah menulis sebuah buku yang berharga dan telah berhasil menentukan tempat beberapa bintang dan peredarannya.
B. Pembuangan Manuskrip Ke Sungai  Tigris
Pembuangan manuskrip ke sungai Tigris membuat penulis bertanya-tanya: Benarkan kejadian tersebut? Bagaimana kejadiannya dan pada masa pemerintahan siapa? Alhamdulillah untuk membuktikan kejadian tersebut, penulis menemukan sebuah kitab karya Imam As-Suyuthi dalam kitab Tarikh Khulafa' Â Sejarah Penguasa Islam.
Penulis berkeinginan untuk menjawab pertanyaan pertama: Benarkah kejadian tersebut? Dalam kitab karya As-Suyuthi tidak ada penjelasan seperti itu. Mungkin Imam As-Suyuthi meninjau hanya dari segi sejarah murni. Akan tetapi untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus menelusuri kisah tentang Tartar min Al-Bidayah Ila ain Jalut karya Prof. Raghib As-Sirjani.
Ternyata penyerangan bangsa Tartar itu terjadi pada masa pemerintahan Al-Mu'tashim Billah dari Dinasti Bani Abbasiyyah. Ini artinya jauh hari sebelum terbentuk Daulah Bani Umayyah di Andalusia. Berarti pengetahuan pada masa sebelum periode Andalusia juga telah berkembang pesat baik ilmu agama maupun ilmu hayat.
Penyerangan orang Tartar ini berawal dari pengangkatan anak dari Al-Mustanshir yang miskin ide dan lemah. Pengangkatan ini dilakukan oleh Duwaidar, Asy-syarabi dan para pembesar negara lainnya sehingga nantinya diharapkan dapat menguntungkan menteri yang bernama Muayyiddin Al-'Alqami Ar-Rafidhi. Dimana menteri tersebut banyak sekali membeberkan rahasia kepada orang Tartar dengan harapan bisa menjungkalkan dinasti Abbasiyah. Utusan rahasia berlangsung antara dirinya dan orang Tartar. Selain itu, menteri tersebut juga berusaha agar khalifah selalu melakukan perjanjian damai dengan orang Tartar dan memberikan nasehat agar memperkecil tentara. Dan khalifah pun menuruti apa yang dinasehatkan menteri tersebut.
Setelah itu sang menteri pun menulis surat kepada orang Tartar dan dia mendorong mereka untuk segera melakukan penyerbuan ke pusat kekuasaan Islam itu. Akhirnya orang Tartar itu menjanjikan kepadanya untuk datang menyerbu Bagdad. Sebelum menyerbu Bagdad mereka mampu menaklukkan Turkistan, Bukhara, Samarkand, Khurasan, Ray, Hamadzan, perbatasan Irak, Adzerbaijan, Darband syarwan, Lan, Lakz, Â dan ke Qafjaq. Kelompok yang satu lagi bergerak menaklukan Ghaznah, Sijistan dan Karman.
Baru pada tahun 656 H, orang Tartar menyerbu Bagdad yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Khalifah bersama tentara kecilnya mati mengenaskan. Sedangkan sang menteri tersebut tidak mendapatkan apa-apa seperti yang diharapkannya. Ia mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
Setelah menaklukan Bagdad, Hulagu Khan mengirimkan surat ke Damaskus. Kemudian, memasuki tahun 658 H, dunia Islam tidak memiliki seorang khalifah. Hingga akhirnya Quthuz menjadi sultan dan bergelar Al-Malik Al-Muzhaffar. Peristiwa ini terjadi setelah menangkap anak taunnya, Al-Manshur.
Di tahun ini orang-orang Tartar menyeberangi Sungai Eufrat dan mereka sampai Halb, kemudian menuju Damaskus. Namun, orang-orang Mesir yang telah siap tempur keluar menuju Damaskus untuk menyongsong tentara Tartar dengan semangat Jihad yang membara yang dipimpin langsung oleh Al-Muzhaffar dan panglimanya Rukhnuddin Baybars Al-Bandaqadari. Mereka bertemu di 'Ayn Jalut. Hingga akhirnya Al-Muzhaffar mampu mengalahkan pasukan tentara Tartar.