Mohon tunggu...
Opick Ridlo
Opick Ridlo Mohon Tunggu... profesional -

Beri aku pedang, maka akan kumenangkan pertempuran.\r\nBeri aku pena, maka akan kutaklukkan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Agama Bapakku

5 Juni 2013   22:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:28 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak takut sama sekali pada Bu Aisha. Aku cuma takut pada bapak. Percuma saja, toh Bu Aisha cuma perempuan. Perempuan bisa apa, paling-paling cuma menangis.

Aku berdiri di depan kelas. Tidak merasa bersalah.

“Kenapa kamu mengganggu temanmu, Rozi?” tanya Bu Aisha. Nadanya lembut, tidak setegas ketika memanggilku tadi.

“Saya tidak ada kerjaan, Bu,” jawabku acuh. Kedengarannya seperti tantangan. Tak heran Bu Aisha terpana mendengarnya. Tidak menyangka keluar jawaban seperti itu.

“Bukankah kamu sudah tahu bahwa di kelas harus diam dan mendengarkan penjelasan dari gurumu? Kamu juga tidak boleh mengganggu temanmu,” jelasnya masih lembut.

“Kata-kata ibu tidak bisa dipercaya.” Bu Aisha kembali terpana, kali ini lebih lama. Bingung bercampur heran.

“Rozi, tidak baik bicara seperti itu. Siapa yang mengajari kamu?”

“Bapak yang melarang saya percaya pada orang komunis. Ibu bilang matahari dan bumi tercipta dari gas yang meledak. Padahal semua ini kan ciptaan Tuhan. Berarti ibu syirik, tidak percaya Tuhan. Ibu komunis!”

Air muka Bu Aisha merah padam. Salah tingkah, bingung menjawab. Entah apa yang mengisi benaknya. Dia cuma mengelus dada hilang kata-kata.

Aku semakin yakin pada bapakku. Ternyata Bu Aisha memang syirik dan komunis. Buktinya dia tidak berusaha membantahku. Lihatlah wajahnya yang malu dan merah padam. Berarti yang kukatakan tadi benar.

Bapakku memang luar biasa. Semua orang kampung juga menghormatinya. Bapak biasa memberi khotbah saat sholat Jumat. Kadang-kadang diundang memberi ceramah pengajian. Kampung-kampung sebelah juga sering mengundang bapak. Bahkan pernah lima kali bapakku diundang mengisi pengajian di luar kota. Bapak pandai sekali menyitir ayat suci atau hadits. Itulah sebabnya semua orang tunduk dan tidak berani membantahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun