"Ya, kalau itu saya sangat setuju. Negeri yang penuh dan selalu dinaungi rahmat oleh Tuhan. Hampir setiap malam selalu saja ada aktivitas yang membuat Tuhan gembira atas kebiasaan yang dilakukan oleh para hambaNya," kata Gus Welly.
"Ya, pada saat itu mungkin saja negeri ini sudah menjadi negeri yang mana Tuhan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang pada umumnya. Karunia itu datang bukan sebagai sebuah bentuk kemenangan di mata dunia, melainkan karena hidup mereka sepenuhnya meyakini bahwa yang bisa menolong atas keruwetan keadaan seperti ini hanyalah pertolongan Tuhan dan kekasihNya."
"Dan kesadaran seperti itu yang mungkin mulai disebarkan secara masif, mulai saat ini!" tegas Bewol.
"Siipppp, dengan kesadaran itu apa yang menjadi kemenangan, kesejahteraan, keadilan, kenyamanan, itu semua tidak akan menjadikan diri kita sombong. Dan apa yang dialami sebagai suatu kekalahan, ujian, masalah, gejolak pertikaian, tidak akan mudah membuatnya putus asa." Pungkas Gus Welly.
"Yang penting, kita selalu percaya dan mengahadi itu semua bersama-sama sebagai suatu negara." Rahmat menambahkan.
Setidaknya obrolan singkat para pemuda malam ini seolah menjadi sebuah pengingat, bahwa tidak usah terlalu berekspektasi berlebihan. Cukup perubahan itu dimulai dari diri sendiri, mulai dengan memantaskan dan menyelaraskan diri dengan keadaan, sebelum kepedean merasa bermanfaat. Sebab, amanah itu akan datang sendiri tanpa perlu kalian cari atau kejar-kejar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H