Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Berandai-andai, 2045 Kiranya Seperti Apa?

29 September 2022   17:45 Diperbarui: 29 September 2022   18:42 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Syaikh? Syaikh siapa?"

"Syaikh Google!" canda Rahmat.

"Jangan sampai kita menyepelekan atau merendahkan antar generasi. Kita tidak pernah tahu kejutan apa yang akan terjadi. Sudah sepatutnya yang lebih tua membimbing, mengawasi, atau mengayomi. Jangan sok-sokan mendidik dan terlalu banyak memberikan pengarahan, sedangkan dirinya sendiri saja belum tentu bisa memastikan keberhasilan. Apalagi, di setiap zaman memiliki ujian dan tantangannya sendiri, sudah selayaknya kita mempercayakan laju kendaraan kepada yang sedang mengarungi zamannya."

"Betul, bisa jadi yang menghambat adalah generasi tua yang selalu menganggap dirinya lebih hebat. Atau mungkin juga sebaliknya, generasi muda yang terlalu merasa lebih pintar. Bukan adu kehebatan, namun bisa jadi pada saat itu terbangun suatu ikatan dan jembatan trust antar generasi. Bukan tidak mungkin jika semua saling bersinergi dan percaya, negara ini akan menang tanpa ngasorake."

Kemudian Bewol membayangkan, "Bisa jadi besok itu orang-orang yang menjadi wakil-wakil bagi rakyat bukan menganggap amanah yang diberikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber penghasilan semata. Melainkan di panggung Dewan Perwakilan itu, semuanya diisi oleh para pemuda yang memegang amanah dengan kewajiban dan all-out. Tanpa tendensi ini dan itu, kecuali hanya mengutamakan kepentingan rakyatnya."

"Tapi, kira-kira pemuda yang seperti apa? Yang selalu bikin story dan haus akan perhatian?" tanya Rahmat.

"Tentu saja bukan!" jawab Bewol kepada Rahmat. "Kira-kira mereka yang benar-benar memiliki jiwa ksatria. Yang telah melalui proses seleksi dari lembaga-lembagi formal pendidikan, tanpa harus melalui partai-partai politik yang terlalu banyak menghabiskan anggaran yang tidak ada relevansinya terhadap kebutuhan negara. Semua memiliki kesempatan yang sama untuk bareng-bareng ngurusi negara secara mandiri. Sing gelem ndandani negoro kui akeh, ra mung seko parpol-parpol tok. Yang tidak usah banyak diiming-imingi upah dan kekuasaan, cukup negara itu percaya kepada rakyatnya, tidak usah pilah-pilih." imbuh Bewol.

"Kok sepertinya kamu semangat sekali to, Wol? Apalagi ketika membicarakan negara seperti ini." Gus Welly memotong.

"Kita berada di zaman sekarang hidup seperti ini kan karena penguasanya masih dipegang oleh orang-orang kolot yang tidak mau kehilangan kekuasaannya. Yang tidak mau kehilangan jalan keuntungan yang selama ini telah dibangun. Lihat saja kebobrokan yang semakin mudah tereskpos oleh media. Yang banyak menyuguhkan kecurangan oknum-okmum tertentu."

"Bahkan mereka pun sampai rela menjadikan hal seperti itu sebagai suatu gurauan karena sudah tidak ada obatnya. Muncul istilah-istilah seperti 'Negeri Konoha' atau 'Negeri Wakanda', setidaknya menjadi gambaran atas muaknya mereka terhadap kartel kepemimpinan yang diamanahkan saat ini. Bukan presiden atau segenap jajaran pemerintahnya yang buruk, tapi yang menggunakan amanah yang diberikan untuk mencari keuntungan pribadinya ataupun golongannya."

"2045 sangat mungkin negeri ini mengalami kejayaan di berbagai bidang, termasuk ekonomi. Tapi negeri lainnya sangat mungkin juga lebih jaya. Kalau memang kelak negara ini menjadi sebuah pusat peradaban, yang memungkinkan terjadi pada negeri ini adalah keprihatinan masyarakatnya, ketangguhan bangsanya, dan tidak mudah berputus asa terhadap keadaan manusia-manusianya. Yang selalu mendapati kegembiraan dan penuh kehangatan meski dalam keadaan serba terbatas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun