Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peradaban "Perang"

8 Agustus 2022   16:56 Diperbarui: 8 Agustus 2022   17:03 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/Hasan-Almasi

Sebab, hanya ada dua kemungkinan yang terjadi kalau kita tidak dilatih mengenal perbedaan, yang pertama memaksakan kebenaran (zona nyaman) ; selanjutnya, kalau tidak diterima dan menjadi tidak nyaman, maka ia akan keluar atau memisahkan diri.

Lebih parah lagi, keterpisahan itu akan dilakukan sembari menabung dendam atau umpatan-umpatan bijak yang lain. Yang memurutnya benar. Orang jadi kurang bisa luwes dan menerima, bahwa semuanya bukan untuk diasingkan, dimenang-menangkan. 

Ketika dirinya melakukan itu, berarti ia menganggap bahwa apa yang dilakukan adalah peperangan. Karena masih menganggap masih ada yang menang atau kalah. Baik atau buruk. Menyerah atau berjuang. Putus asa atau terus bersemangat. 

Hal yang sederhana dalam pola pikir yang terbangun dalam ruang pendidikan menjadi suatu sifat ketika tumbuh dewasa. Dan sifat itu lambat laun akan berevolusi menjadi kebiasaan atau budaya dalam diri ataupuj kelompok. Dan kebudayaan yang dilestarikan akan membangun suatu peradaban. Ya, peradaban "perang".

Mencari kekuasaan, dan ketika tidak mendapati akan mencari wilayah lain. Mencari keuntungan, ketika tidak didapat akan mencari lahan yang lain. Mencari kehormatan, kalau tidak dimahkotai, maka akan mencari mehkota di tempat yang lain. 

Mengapa kita tidak hentikan perang tersebut? Berkolaborasi, tidak hanya berkompetisi. Ataukah kita krisis pejuang, yang rela berkorban? Untuk rela tidak menjadi apa-apa, dan juga bukan siapa-siapa. 

Meskipun tidak ada hasilnya, tapi sejauh mana engkau akan berusaha? Meskipun tidak dikenal, sejauh mana engkau mampu menerima dan setia? Meskipun tidak dianugerahi mahkota kemenangan, tapi sejauh mana engkau mampu menempa jiwa ksatriamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun