Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kiasan Bunga yang Menjadi Petunjuk

15 April 2022   11:23 Diperbarui: 15 April 2022   11:25 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/matt-palmer

Tidak seperti biasa, bunga itu seketika tumbuh tanpa perlu banyak pemupukan atau penyiraman seperti biasanya. Bunga yang selalu sulit untuk tumbuh, sebab dirinya hanya akan mengenal cara untuk bertahan, dalam teriknya musim kemarau atau dinginnya hujan badai yang menerpa dirinya.

Meski butuh banyak spekulasi, perhitungan, dan perencanaan baru. Bunga itu pada akhirnya dapat dengan cepat menyesuaikan diri. Walaupun layu daun dan gugurnya sesekali dialami semasa pertumbuhannya.

Manusia yang notabene lebih canggih hingga disebut ahsanu taqwim, terkadang untuk mau belajar dari sekelopak bunga pun dirinya merasa enggan. Sebab dirinya merasa lebih besar dan lebih hebat. 

Keadaan yang sama ketika Iblis enggan tunduk kepada Nabi Adam as. Makhluk yang ribuan tahun lebih tua. Telah menapaki langit hingga lapis ke tujuh, dan hingga mendapat jabatan pemimpinnya para malaikat.

Luar biasa sombong manusia-manusia masa kini. Wajar jika yang tidak tahu adab, dirinya sombong. Akan tetapi, jika merasa mengetahui adab, namun masih menunjukkan keangkuhannya, tentu saja akan menimbulkan perasaan gemas terhadapnya. 

Rasa-rasanya kok seperti orang yang selalu ingin berada di klasemen teratas. Menempati singgasana yang telah dibangunnya dengan banyak perjuangan.

Tidak ada satupun alat yang mampu menjadi parameter kedekatan kita dengan Tuhan. Sepintar-pintarnya kita melakukan sandiwara agar nampak menjadi tokoh-tokoh yang antagonis, agar dikira tidak alim. 

Sebab sudah terlalu banyak manusia yang tidak alim tapi berpura-pura menjadi orang yang sholeh. Dan mereka yang hendak melakukan tipuan tersebut tidak sadar bahwa dirinya sendirilah yang justru tertipu.

"Orang-orang yang jika mendapati pernyataan, "janganlah engkau membuat kerusakan di bumi." Mereka menjawab, "sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."  Segala bentuk kerusakan/masalah yang sedang dihadapi adalah hasil perbuatan mereka sendiri, akan tetapi mereka tidaklah menyadarinya.

Bunga itu terus tumbuh dengan tidak melakukan agresivitas serangan untuk mencetak tujuan dan gol-gol keindahan, melainkan ia lebih banyak belajar mengenai seni cara bertahan dari serangan-serangan yang datang dari luar dirinya. Semakin banyak variasi serangan, semakin banyak pula ia mampu mengembangkan skill bertahannya.

Hingga ia menemukan bahwa dalam bertahan kita hanya bisa "percaya". Percaya bahwasanya segala sesuatunya meruapakan suatu arena yang mana dirinya sedang mengalami tempaan untuk menjadi bunga yang lebih baik. 

Sebab, tidak ada satu pun ujian yang diberikan melebihi kemampuannya. Itupun masih banyak diberikan bonus-bonus keindahan yang tidak pernah bunga itu berharap akan bonus keindahan tersebut.

Manusia juga seharusnya demikian. Manusia butuh percaya atau meyakini sesuatu dengan tepat. Jangan asal meletakkan segala sesuatunya atas dasar cinta dan asih saja.

Bukankah akan menyakitkan hati jika kita banyak mengumbar cinta kepada sesuatu, namun nyatanya kita belum bisa percaya kepadanya? Lantas, atas dasar apa kita punya bangunan megah bernama cinta, akan tetapi tak memiliki pondasi kepercayaan?

Semua itu pada akhirnya banyak menyiratkan kabar-kabar baik yang menggembirakan. Kabar yang banyak tersirat dalam perumpamaan-perumpamaan. 

Baik melalui pandangan, penglihatan, ataupun pendengaran langsung ataupun tidak langsung. Yang mana kita tidak bisa memastikannya, kecuali sebatas meyakini atau percaya kepada apa yang telah didapatkan.

Bukankah guru terbaik itu ada pada pengalaman-pengalaman? Tidakkah bunga-bunga itu hanya sebagian dari banyak sekali bunga yang menyiratkan keindahan dan manfaatnya masing-masing? Yang banyak sekali menyiratkan makna yang banyak menjadi kiasan untuk menjadikan sesuatu indah, bukan?

"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (2:26)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun