Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menerjang Angkara

2 Oktober 2021   15:58 Diperbarui: 2 Oktober 2021   16:00 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/braxton-apana

Terengah-engah dalam kebisuan

Di tengah nadir yang terjerembab canda

Tertatih-tatih ia meniti langkah

Di antara takdir yang penuh prahara

-

Ia masih termenung, bertanya-tanya

"Mengapa engkau tagih hujan pada rembulan?"

Sementara batin berkeliaran, mencari jawab

"Akankah cinta kau temu dalam remang goa yang penuh kesunyian?"

-

Waktu kian rentan

Memangku perjalanan yang semakin runyam

Makna s'lalu mendua

Mencipta aksara yang tak kunjung nyata

-

Ia tersesat dalam belantara ketidakpastian

"Tiadakah arah yang bebas dari jerat prasangka?"

Masih tersisa setitik cahaya keyakinan

"Apakah ada yang tidak mungkin?"

-

Terjanglah segala angkara

Meski hanya menimbulkan beribu murka

Segera lantangkanlah segala kata

Walau akhirnya mereka anggap engkau gila

***

2 Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun