Dan terkait pertanyaan yang datang, tentu jawabannya amat sangat personal, tergantung keadaan diri. Tapi karena alam ini harus berjalan dan diseimbangkan, maka yang baik dan buruk haris dipisahkan.Mas Iwa menekankan bahwa sikap yang bisa kita ambil adalah kita harus menyadari bahwa kita telah diberikan suatu hadiah terbaik berupa nasihat. Dan nasihat terbaik itu adalah kematian.
Tak terasa waktu pun sudah mencapai batas perjumpaan pada malam ini. Untuk bagian terakhir, Pak Adi meminta satu closing statement dari masing-masing Gus Asbid, Pak Amron, ataupun Mas Iwa. Secara singkat, Gus Asbid yang baru pertama kali membersamai sinau bareng Maneges Qudroh hanya menyampaikan, bahwa semoga niat kebersamaan tidak menjadi tanda perpisahan. Pak Amron menyampaikan, kalau kita bisa meniti jalan dengan memegang prinsip pada kearifan, maka dalam perjalanannya pasti akan melalui sebuah proses, yakni sabar. Mas Iwa mengingatkan kembali bahwa dalam melihat suatu keadaan kita tidak akan bisa lepas dari sesuatu yang bersifat teks dan konteks, maka telitilah kembali.
Acara dipuncaki dengan pembacaan puisi yang dibawakan oleh Mba Kiki dan melantunkan bersama "Shohibu Baiti". Semoga dengan pembelajaran malam ini, dulur-dulur mampu lebih meneguhkan cinta agar tidak mudah terombang-ambing oleh zaman ataupun keadaan. Terimakasih atas kemesraan yang telah terbangun menjadi sebuah rekam pengalaman yang semoga mampu berbuah baik di waktu yang akan datang. Matursuwun.
***
Omah Maneges, 5 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H