Kembali ke awal tujuan hidup sejenak jika titik pusat tujuan hidup itu ridho Allah. Ridho itu sendiri merupakan sebuah keadaan yang bisa datang dan pergi, maka kita harus mengupayakan supaya keadaan ridho tersebut tidak pergi.Â
Dan menjadi usaha bagi kita untuk terus menjaganya seperti menumbuhkan sebuah pohon, kita mesti menyirami, memberinya pupuk, merawatnya supaya menghasilkan bunga yang indah atau buah yang manis.
Jika tujuan hidup memiliki titik pusat, begitu pula upaya untuk mencapai tujuan itu pun memiliki titik pusat pula. Belajar dan melakukan yang terbaik merupakan sebuah perbuatan.Â
Tawakkal, sabar dan syukur merupakan sifat atau jalan. Sedang ilmu hati bisa diibaratkan sebagai hakikatnya. Dan yang menggerakkan itu semua adalah jiwa kita. Â Upaya untuk mencapai jiwa yang ridho ada tiga hal menurut Rasulullah Saw., yaitu dirikanlah shalat, seringlah membaca Al-Quran, dan mendatangi majelis-majelis dzikir.
Di era modernitas ini dengan segala hingar bingarnya, kita bisa melaksanakan shalat lima waktu secara tertib itu sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Dengan segala bentuk godaan keduniawian dan kesibukan aktivitas pekerjaannya, bisa meluangkan sedikit waktunya untuk melaksanakan kewajiban shalat, menjadi sesuatu yang sangat berat di zaman sekarang dibandingkan dengan zaman dahulu.Â
Untung, Kanjeng Nabi bisa menawar sampai yang wajib hanya lima waktu, bayangkan coba kalau Kanjeng Nabi tidak menawar dan harus shalat puluhan bahkan ratusan rakaat setiap hari. Hidup hanya untuk sembahyang tidak sempat memikirkan yang lain selain Allah.Â
Tidak ada pasar, tidak ada sekolah, tidak ada mall, karena semua sibuk dengan ibadahnya masing-masing. Itulah kebaikan Rasulullah Saw. dengan menawar karena membuka kesempatan pekerjaan bagi para setan untuk menyalurkan keahliannya, yaitu menggoda manusia.
Kanjeng Nabi aja baik terhadap setan, apalagi terhadap umatnya. Kanjeng Nabi tahu kalau hanya dengan bantuan setan lah iman umatnya itu pada akhirnya teruji dan terbentuk. Kita harus berterima kasih kepada setan yang tak pernah lelah ia memberikan cobaan, bukan malah takut kepada setan apalagi memusuhinya.Â
Kita rangkul setan karena kita tidak pernah bisa mengalahkannya sampai akhir hayat. Semakin kuat iman kita, maka setan juga akan datang semakin kuat. Jadikan setan itu teman hidup bukan menjadi musuh, teman yang selalu menjadi sparing partner kita untuk mempertebal iman. Jadi dibalik kebaikan Rasulullah Saw. kepada setan, tersimpan manfaat yang begitu besar kepada umat yang sangat dicintainya.
Shalat yang diibaratkan sebagai tiang keimanan, bagaikan benang layang-layang yang selalu menjaga layang-layang tetap tenang di angkasa walaupun diterpa angin yang begitu kencang.Â
Jika dimensi dan luasnya waktu bisa dipersempit, sholat bisa kita ibaratkan seperti puasa Ramadhan. Puasa untuk meninggalkan sejenak segala kesibukan aktivitas untuk menghadap Allah. Sehingga setelah itu kita bisa merasakan idul fitri kecil seolah kembali fitrah setelah sholat. Terjadi kesegaran pikiran dan batin lagi, seperti habis di-refresh tubuh kita.
Tapi orang yang sudah melaksanakan shalat pun tidak berarti sudah aman. Banyak juga orang yang shalat karena ujian yang sedang dihadapi, karena takut akan masa depan, ingin dipuji orang, mereka shalat bukan karena Allah. Maka tidak heran banyak manusia yang shalat tapi perilakunya masih belum mencerminkan kerajinan shalatnya.
"Banyak orang yang mendirikan shalat, sementara ia hanya mendapakan rasa lelah dan payah." (Abu Dawud)
"Kececeran yang pertama akan kamu alami dari agamamu ialah amanat, dan kececeran yang terakhir ialah shalat. Dan sesungguhnya (akan terjadi) orang-orang melakukan shalat sedang mereka tidak berakhlak." (Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)
"Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya, orang-orang yang berbuat riya'." (Al-Maa'uun: 4-6)
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkobanlah." (Al-Kautsar: 2) Â Â Â Â Â
Pasti ada ujian atau kesulitan dalam ikatan kasih sayang. Sama pacar pun tidak mungkin hubungannya berlangsung seperti jalan bebas hambatan. Pasti ada macetnya, kecelakaannya, ataupun kehabisan bahan bakar itu sendiri. Dalam hubugan suami istri pun sama, karena dalam hubungan itu mengikat orang lain dengan ego yang berbeda dilebur dalam kebersamaan. Seakan sebuah kepastian dalam yang pasti terjadi dalam suatu hubungan yang terjalin adalah adanya keretakan.
Jika kita ingin hubungan dengan Allah juga tetap terjaga, jangan harap kedamaian yang akan kita dapatkan. Kita benar-benar merindukan untuk menatap wajah-Nya atau hanya sekedar ingin mencari keselamatan. Toh kalau hanya sekedar keselamatan, kalau kita minta pasti dikasih.Â
Tapi jangan sampai kita menjadi 'penghuni surga yang menangis'. Mungkin ada yang pernah mendengar tentang cerita itu. Kalau belum daripada menyibukkan diri dengan ngepoin orang lain, sejenak ganti waktu kepomu dengan ngepoin kisah 'penghuni seurga yang menangis itu'. Semoga ada.
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kebar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 155)
Allah akan menguji kasih sayang kita kepada-Nya, apakan dengan kelaparan dan kekurangan harta kita masih akan tetap tunduk dan percaya atau malah mencari slempitan-slempitan syirik.Â
Tetap menjaga gengsi dengan orang lain, atau lebih takut akan pandangan dan penilaian Allah terhadap kita. Ingat, Allah meliputi segala sesuatu. Dia cahaya langit dan bumi. Tidak ada cahaya, mata kita tidak akan bisa melihat. Jangan sombong, berkat cahaya-Nya lah kita bisa menikmati keindahan itu.
Kalau kita ingin bersyukur, Rasulullah Saw. pun menggambarkan jika lautan yang ada di dunia ini ibarat tinta, tinta sebanyak lautan itu tidak akan cukup untuk membalas syukur atas apa yang Allah berikan kepada kita dengan tulisan. Bahkan sebenarnya buku ini dari tulisan tangan. Biar double job, toh saya hanya berpikiran tinta seember mungkin sudah cukup dipakai seumur hidup,. Bagaimana kalau sebanyak lautan? Sungguh, betapa masih kerdilnya rasa syukurku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H