Yang kita sangka buruk bisa justru sebaliknya, kita tidak pernah memahami apalagi mengerti. kita hanya jangan sampai lupa diri bahwa kita ini manusia. Yang pasti menghamba. Yang memang lemah. Yang memang tertindas. Yang memang tidak memiliki apapun. Yang memang suka bermain-main dan membohongi diri sendiri.
Bisa jadi kita menjadi agen perubahan di mata manusia, tapi apa itu juga akan berlaku di pandangan Allah 'Azza wa Jalla? Karena semua identitas yang berlaku di mata manusia tidak berlaku di hadapanNya. Kita sebenarnya hanya perlu mengetahui sedikit, tapi itu seluruhnya. Berbagai macam identitas bagaikan permen-permen yang mengandung gula. Kita sebenarnya hanya cukup mengerti manisnya untuk dapat mengambil hakikatnya, tapi itu berlaku menyeluruh.
Lantas, kenapa semua masih saja terus dan terus saling mengintimidasi? Jangankan rakyat dengan pemerintah, para ulama yang berlabel satu agama, yang hanya berbeda aliran apabila didudukkan satu majelis juga sepertinya sulit untuk diwujudkan. Untuk menjadi manusia, benarkah kita benar-benar lupa?
***
2 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H