Adakah yang abadi?
Tatkala para pemuda dan pemudi itu mampu menari dengan riang. Dengan lantunan musik dangdut yang sanggup membuat gembira mayoritas para intelektualitas ini. Goyangan itu memberikan sedikit gambaran bahwa hampir semua pernah mengalami patah hati, kecewa, dan tersakiti. Dari segala perbedaan itu, sesungguhnya permasalahan mereka hanyalah cinta.
Selalu ada yang lebih bahagia, pun selalu ada yang lebih menderita. Namun, itu hanya ketika kamu menggunakan cara pandangmu, karena terkadang yang terlihat menderita justru lebih bahagia daripada yang nampak bahagia. Layaknya siang yang terkadang terselimuti oleh mendung, ataupun malam yang gelap ternyata banyak menyimpan pesona keindahan kemerlip cahaya yang tak sanggup terlihat dalam terang.
Dan mereka abadi, dua yang berlawanan ternyata satu yang satu terkadang mengeluarkan genjutsu-nya menjadi lebih dari satu. Memenuhi asa, menyimpan hasrat, dan memendam ingin. Abadi terbebas dari itu karena ia hanya satu, tunggal. Dan cinta yang bertepuk sebelah tangan selalu menunjukkan jalan itu (penghambaan).
Layaknya sebuah perjumpaan dengan Sang Malam di Dalam Malam itu, tak lebih hanyalah satu dari keabdian dan keabadian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H