Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mensubjekkan "Dholuman Jahula Fiid-Dunya"

22 Oktober 2019   08:18 Diperbarui: 22 Oktober 2019   08:23 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindu mereka terapkan dalam hati yang selalu berkesinambungan, yang saling ikhlas. Sebuah kaum atau bahkan generasi yang jika menggunakan skala perbandingan cara pandang. Mereka adalah generasi yang mencintai Simbah dan Simbah juga mencintai mereka, salah satu generasi yang terlahir dalam payung mutahabbina fillah.

Dan ketika melihat dhawuh untuk mentadabburi DJD, yang pertama kali terbesit dalam benak adalah tema Padhangmbulan kemarin, yaitu dholuman jahula. Sudah dholim, jahilnya tidak ketulungan. Di antara 4 tipe manusia, Cak Fuad kala itu menambahkan tipe kelima, yaitu sudah tidak mengetahui kalau dirinya tidak mengetahui, ditambah ngeyel pula. Tapi, saya memaknai ketika hal tersebut (sifat dholuman jahula) ketika dijadikan sebagai objek. Atau pemaknaan hal tersebut hanya sebatas bagaimana para pejalan maiyah memposisikan sifat tersebut.

Karena uniknya, sifat dholuman jahula ini menjadi salah satu pegangan nilai selama masih hidup di dunia bagi kalangan grassroot. Dianggap dholim bahkan jahil sudah menjadi makanan yang sudah sering dienyam oleh mereka. Diprasangkai bodoh dan rendahan, bahkan gila seolah justru menjadi keberkahan tersendiri. Mereka tidak memposisikan dholuman jahula sebagai objek, akan tetapi selalu memposisikan diri atau mensubjekkan sebagai orang yang "Dholuman Jahula fiid-Dunya". Agar selalu eling dan waspada, bahwa dirinya harus terus berjuang untuk selalu berbenah diri dan tuntas dalam memeluk nafsu dunia.

Mereka berada dalam gua-gua yang dianggap terasing dan tersisihkan. Mereka tidak memperdulikan sampai kapan mereka berada dalam gua tersebut. Amalan-amalan wirid yang telah diberikan serasa cukup tanpa perlu tampil heroik. Mereka sudah belajar mengenal otentitas dan fadhilahnya, hingga sedikit faham tentang panggungnya masing-masing. Ya, mereka akan selalu tersembunyi. Karena dipersiapkan atau memang karena ketidakmampuannya, mereka tak peduli. Yang pasti, setidaknya agar cintanya tidak membatalkan cinta dalam iradah bahkan tajalli-Nya.

Sumber : https://ruangrindu39.wordpress.com/2019/10/21/mensubjekkan-dholuman-jahula-fiid-dunya/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun