Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bersembunyi di Balik Sukma

26 September 2019   16:31 Diperbarui: 26 September 2019   16:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com by skeeze

Tak bisa dihindari jika pertemuan tersebut memang meninggalkan jejak tersendiri di fikiran Layla. Pertemuan dengan kata sepakat selalu dihindari. Namun, Tuhan selalu mempunyai rencana untuk mempertemukan meski tanpa kata sepakat. Hal ini tentu saja sangat mengganggu bagi Layla, terlebih dengan pemikiran idealismenya tentang cinta. Selepas rasa bersalahnya atas Tama pada waktu itu. Hingga rasa itu, kini seolah mulai tumbuh dan membentengi diri Layla sendiri.  

***

Sudah menjadi kebiasaan bagi Tama untuk mendokumentasikan segala nusansa perjalanan ke dalam sebuah goresan tinta. Dengan presisi kelokannya yang mampu membentuk idiom bahwa itu adalah huruf. Hingga goresan huruf itu mampu berjajar rapi membentuk sebuah kata. Kata-kata itu akan bersengkongkol menjadi sebuah kalimat demi terciptanya sebuah makna. 

Dan bagi Rendi, dunia ini sendiri belum seberapa jika mesti dibandingkan dengan dunia makna. Dunia ini hanya butuh pantulan cahaya materi untuk dapat dipahami, tapi di dunia makna dibutuhkan bantuan cahaya illahi supaya mudah dimengerti oleh akal. Cahaya materi mampu menafsirkannya, namun pada akhirnya akan sering menimbulkan perselisihan dan kesalahpahaman.

Bukankah ada cahaya di atas cahaya? Semesta selalu mempunyai cara untuk memberikan pelajaran, terutama mengintervensi pengembaran Tama yang sering dinamai sebagai perjalanan kehidupan. 

Membentur-benturkan batinnya seolah menjadi ujian praktek langsung ketika mendapatkan pelajaran ilmu yang baru. Baik oleh gurunya maupun teks literasi yang Tama baca. Tuhan seolah ingin membentuk Tama menjadi seorang yang tangguh dan bijaksana. Dengan cipratan cinta-Nya.

Ketika menuju perjalanan pulang setelah mengantarkan Antok di rumahnya, rasa rindu itu mneyeruak. Bahkan di sekujur rasa rindu itu sendiri serasa bergetar atas hasrat yang selalu terpendam. Pulang menjadi sebuah perjalanan yang panjang dengan angan yang selalu mendekap. Seolah rumah kosong itu menjadi tempat peraduannya.

"Mengapa kita mesti bertemu?" seolah pertanyaan itu terus terulang di dalam pikiran Tama.

"Bukankah kau merinduku?" terdengar angan itu menjawab lirih.

"Kalau memang begitu, mengapa dulu engkau mencampakkanku? Masihkah belum cukup, anganmu kubiarkan datang sesukanya seperti ini?"

(Angan Layla hanya tersenyum seperti biasa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun