Perbedaan budaya hingga perpolitikan juga turut dilontarkan oleh para Jamaah untuk menilisik 'apa ada angin' di Jerman. Tak ketinggalan, para santri-satri pondok yang hadir ini pun menanyakan tentang bagaimana cara untuk memilih jurusan yang tepat kepada Mba Nafis.Â
Para jamaah terlihat begitu memperhatikan secara detil terhadap setiap penjelasan maupun jawaban yang dipaparkan oleh Mba Nafis. Meskipun tidak ada yang tahu, 'perhatian' itu memang tertuju pada ilmu apa yang disampaikan atau kagum terhadap kelihaian Mba Nafis dalam memberikan penjelasan.
Selain berpuisi, Mba Rizki juga menyampaikan beberapa pesan tentang sudut pandang terhadap seorang wanita. Perempuan juga serasa memiliki hak untuk berjuang demi kemerdekaannya. Tapi apa yang menjadi landasan atas kemerdekaan itu sendiri mesti tepat.Â
Kita mesti merdeka terutama dari hawa nafsu yang selalu menjerat. Mba Rizki menyampaikan jika kita mesti memiliki keseimbangan antara intelektualitas, spiritualitas, dan mentalitas seperti apa yang dipaparkan oleh dalam buku Kitab Ketentraman, Manusia dan Pemimpin Sepertiga.
Tawadhu' terhadap Ilmu
Kita telah melihat zaman dimana banyak sekali para pemuda milenial memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Tapi dari hal tersebut, apakah kita melihat moral bangsa yang semakin baik, atau justru malah sebaliknya? Tapi, ini bukan berarti kita mesti mengesampingkan pendidikan.Â
Kita dituntut mencari sulthon untuk menembus langit yang berlapis-lapis. Atau mungkin menyingkap rahasia cahaya di atas cahaya. Setidaknya kita mesti memegang spirit walaa tansa nafsibaka minad-dunya. Kita tetap masih dan harus berjuang terhadap nasib kita masing-masing selama masih di dunia menuju tujuan yang sama. Akhirat.
Seperti apa yang telah dipelajari bersama di Mocopat Syafaat edisi Juli bahwa kita mesti belajar mendalami fadhillah serta mengenal otentisitas diri masing-masing. Bukankah untuk menemukan fadhillah, kita mesti belajar mencintai diri sendiri agar bisa istiqomah terhadap apa yang akan ditekuni? Namun, apakah kita bisa mencintai tanpa terebih dahulu berusaha untuk mengenali?Â
Hal ini coba digali oleh moderator untuk menanyakannya kepada Mba Nafis yang telah merantau sangat jauh ke Deutschland. Dan "kesepian" menjadi sebuah kata kunci dari Mba Nafis yang perlu digarisbawahi bagi mereka, para pejalan yang sedang mencari jati dirinya. Di era milenial ini, kebutuhan akan sebuah perhatian sering bersembunyi dibalik eksistensi kebenaran pribadi.