"Woooo, gendeng!"
Malam semakin larut. Ketiga Pria yang sudah menikah, sedang pacaran, dan sedang jomblo memang memiliki pandangan yang berbeda atas rasa cinta yang diberikan. Kita tidak bisa menyimpulkan menjadi satu sebuah persepsi tentang apa itu cinta. Biarlah makna akan cinta itu menjadi rona atau gradasi yang memberikan warna-warna pada kehidupan.
Permasalahannya bukan pada bagaimana kita memperjuangkan kebenaran yang kita yakini. Namun terlatak pada bagaimana kita dapat menerima segala perbedaan yang bertentangan dengan kebenaran yang kita yakini. Tidak hanya yang bernyawa saja yang memiliki pasangan. Benar berjodoh dengan salah. Memiliki bejodoh dengan kehilangan. Kekayaan berjodoh dengan kemiskinan. Cinta pun berjodoh dengan permusuhan.
Lantas apa yang membuat kamu tidak dapat menerima segala konotasi negatif tersebut jika suatu saat kamu pasti akan mengalaminya? Kita mesti memiliki kedaulatan berfikir sehingga mampu merdeka atas segala pertantangan-pertentangan yang mencemaskan tersebut. Kamu tidak bisa mendapati kenyamanan yang abadi selama ragamu masih terlalu banyak memuat kenikmatan dunia. Seperti mereka yang tidak begitu terpengaruh oleh keadaan di antara keramaian dan seperti mampu menciptakan dunianya sendiri.
"Oiya, tentang cerminan itu tadi. Menurutmu darimana kamu mendapatkan pandangan atas beyanganmu sendiri? Darimana kamu mendapatkan sebuah penglihatan yang akhirnya sanggup mendeskripsikan bayanganmu, cermin, atau segala sesuatu yang dapat kalian lihat hingga kalian mendapat banyak makna. Adakah hal itu akan kamu dapat selain bukan karena cahaya?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H