Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Obrolan Para Pecundang: Kenapa (Baiknya) Menikah, Cinta atau Nafsu?

2 Juli 2019   16:31 Diperbarui: 2 Juli 2019   16:43 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Heh, ngawur kamu! Kan banyak dalil tentang anjuran tentang menikah."

"Lantas, kamu sendiri mengerti tentang kenapa banyak dalil-dalil itu?"

"Menikah itu yang pasti menyempurnakan ibadah kita."

"Menyempurnakan seperti apa? Kalau memang menikah itu menyempurnakan kenapa ada perceraian? Atau dengan kata lain 'batal' ibadahnya, kenapa? Apa yang menyebabkan batal? Di saat pernikahan itu suci karena memang pernikahan itu ide dari Tuhan langsung untuk menjodoh-jodohkan hamba-hamba-Nya."

"Kalau pada akhirnya bercerai, berarti bukan jodohnya. Masih memerlukan lagi belajar tentang pernikahan itu sendiri dimana di dalamnya terdapat berbagai dimensi bersama yang mesti dan selalu diperjuangkan bersama. Menyatukan dua insan menjadi satu."

"Kalau menurutku sederhana, dengan hanya konsep tentang menikah dengan begitu banyak dalil ataupun pahala yang termuat, secara tidak langsung hal tersebut membentuk sebuah adab di mana untuk membatasi nafsu manusia itu sendiri. Bayangkan saja, hanya dengan menikah hubungan intim baru bisa dinilai halal atau sah. Kalau tidak ada hukum menikah?"

"Wah, gawat men! Nilai tentang manusia itu sendiri mungkin sudah hilang. Aku sendiri suka membayangkan kalau kelak kita menikah kita seperti dimandati sebuah hak yang sama sekali kita tidak mampu menciptakannya, bahkan sehelai rambutnya pun. Bahagia!"

"Tapi ingat, jangan menikah kalau tujuanmu hanya bahagia. Karena di sana akan ada segelintir ujian yang mesti kamu dan pasanganmu taklukkan bersama. Di situ akan ada jurang kesedihan, kebohongan, kecemburuan, bahkan ketidakpuasan.Oleh karena itu, dari awal banyak kesepakatan yang mesti diperhitungkan untuk melewati rintangan pengalaman ini."

"Lalu, kapan kamu nikah, cuk!"

"Aku sudah menikah, masa kamu gak tau?"

Percakapan antar muda-mudi itu pun berlangsung semalaman. Sampai pada titik di mana mereka mesti memaknai sebuah pernikahan itu membutuhkan suatu pondasi yang bisa dianggap sepele, tapi justru menjerumuskan. Ya, cinta. Banyak muda-mudi memutuskan pernikahan atas dasar cinta. Namun, cinta seperti apa? Cintanya yang terkandung terdiri atas komposisi sayang, nafsu, gengsi, atau materi. Kalau dihitung-hitung berapa presentasenya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun