Pertama-tama saya ucapkan terimakasih terlebih dahulu terhadap dulur-dulur admin dari @sahabaticw dan @bemfisipunair yang telah merelakan tenaga dan kuotanya. Sehingga kami bisa tetap mengikuti acara sarasehan budaya dengan melipat jarak dan bersatu di acara tersebut. Tak lupa kepada pihak instagram juga perlu kita apresiasi yang telah menjadi ruang bagi kami yang mengikuti livestream dari tempat yang terpisah.
Acara yang diselenggarakan oleh KPK ini merupakan rangkaian acara yang telah diselenggarakan sedari siang dan dipuncaki dengan diskusi bersama oleh Mba Najwa Shihab, Cak Nun, dan Bapak Novel Baswedan sendiri. Di sore hari ada sebuah deklarasi pernyataan dari beberapa forum/aliansi yang menyatakan dukungannya terhadap proses penegakan hukum atas apa yang menimpa Pak Novel. 11 April ini bertepatan telah 2 tahunnya proses kriminalisasi terhadap Pak Novel dengan proses hukum sendiri yang terkesan hanya 'nggantung' tanpa ada kejelasan untuk ditindaklanjuti.
Kenapa? Seberapa penting orang yang mengutus para tersangka penyiraman hingga mampu membuat hukum seolah 'hina' bisa dipermainkan seenaknya. Kalau begini cara anda mempermainkan hukum, maka wajar saja jika generasi yang kamu ciptakan mampu selfie dengan gembiranya walau sudah melukai martabat orang lain.
Mungkin karena sebagian faktor inilah sehingga Cak Nun yang sedemikian tertutup oleh Indonesia hingga akhirnya pada malam itu bersedia muncul ke permukaan. Sepanggung dengan Mba Najwa Shihab yang akhirnya keinginannya terwujudkan juga bisa membersamai Cak Nun. Walau mungkin terdapat syarat-syarat tertentu yang tidak 1 media nasional pun bisa menayangkan acara sebagus ini (menurut saya).
Selebihnya, saya mendokumentasikan ini setidaknya buat catatan saya sendiri jika saya mengikuti. Sering saya tekankan jika kata 'saya' dalam semua ketidakjelasan tulisan adalah gambaran bahwa saya sendiri adalah ketidakjelasan. Saya yang anda maksud tidak bukan berarti adalah aku. Bahkan saya sendiri sering salah sangka menganggap saya adalah saya (aku).
Saya sangat tertarik ketika diskusi telah sampai pada sesi tanya jawab. Pada saat -'Si Penjaga Keset KPK'- begitu Pak Mario mengibaratkan profesinya di Gedung KPK ini diberikan kesempatan untuk bertanya. Pak Mario telah menjadi bagian dari suatu aliansi masyarakat yang terbentuk karena keresahan akan apa yang terjadi dengan hukum di Indonesia. Yang sering memikirkan Indonesia lebih banyak daripada apa yang para wakil rakyatnya lakukan. Mereka lebih berfikir untuk bagaimana memperbaiki daripada mencari untungnya sendiri.
"Cak, apa yang harus kita lakukan?" kurang lebih pertanyaan tersebut terlontar dari Pak Mario setelah panjang lebar menceritakan kegetiran situasi yang ada di lingkungan KPK.
"Baru sekarang saya merasa dibutuhkan oleh Indonesia." Ungkap Cak Nun menanggapi pertanyaan Pak Mario. Cak Nun menyatakan bahwa sebelumnya beliau sudah sempat tidak percaya kepada KPK. Namun, setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Pak Mario. Simbah hanya menyarankan apabila KPK bener-bener membutuhkan beliau, mari kita saling jaga komunikasi mulai sekarang. Cak Nun juga mengibaratkan bahwa hubungannya dengan KPK sejak malam itu ibarat sudah terikat secara resmi seperti pertunangan. Harapan Cak Nun semoga hubungan baik ini bisa berlanjut sampai jenjang pernikahan.
"Mas, kalau kita ingin membicarakan strategi ya jangan disampaikan disini." tegas Mbah Nun menyambung ke pertanyaan yang diajukan oleh Pak Mario. Kalau memang niatan semua yang hadir di halaman gedung KPK ini memang baik, pasti Allah akan membantu mereka. Bahkan Mbah Nun juga sempat menyampaikan bahwa kita (maiyah) siap untuk menjadi Tentara Spiritualnya KPK.
Di akhir acara Mbah Nun mengajak seluruh hadirin untuk bersama-sama membacakan Ayat Kursi dan memohon kepada yang beragama selain Islam juga ikut berdoa seuai dengan keyakinan yang dianutnya. Mbah Nun sedikit menjelaskan kenapa Ayat Kursi? Setidaknya agar 4 kursi yang dijaga oleh Malaikat tidak ada yang bisa menggoyahkannya, khususnya Indonesia.
"Islam di Indonesia bukan untuk Islam,tapi untuk Indonesia" pesan Simbah. Hutang kepada Pak Novel jika hukum yang berlaku di Indonesia tidak bisa mengatasinya, biarkan Tuhan sendiri yang menagihnya. Semoga Indonesia selalu menjadi "Bangsa Yang Engkau Beri Cahaya". Saya beruntung dapat menyasikan Cak Nun dolan KPK walaupun mesti menikmati lewat layar kotak kecil ini. Maturnuwun.
Innama amruhu araada syaiy'an ay-yaqula lahu KUN FAYAKUN!
Dalam coretan ini, tidak semua hal bisa diceritakan. Mungkin di dunia digital anda bisa mencari tahu sendiri informasi yang dibutuhkan. Cahaya tidak selalu bermakna terang. Cahaya sejati akan nampak ketika kegelapan menyapa. Ketika mata wadag tersingkap oleh tipu daya cahaya. Mereka sangka cahaya adalah sinar yang memancar yang memantul di matanya sehingga ia bisa melihat. Mereka tidak sadar bahwa penglihatan matanya adalah penglihatan-Nya. Yang dalam gelap pekat pun, cahaya itu akan selalu nampak hingga tak lupa selalu memberikan petunjuk-Nya.
12 April, 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H