Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cahaya Pengabdian dan Integritas Kemendikbud

16 April 2019   11:46 Diperbarui: 16 April 2019   11:49 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ilmu yang didapat akan lari sangat kencang menjauh dari pemiliknya karena ilmu itu hanya dianggurkan tanpa pernah diamalkan. 

Permasalahan umum yang terjadi sekarang adalah manusia sangat kurang peka. Entah itu pengaruh android  atau memang dijadikan Tuhan sebagai orang yang malas berfikir. 

Hingga akhirnya kurang tandang atau sigap. Terlalu sering membiarkan ilmu hanya lewat tanpa pernah setidaknya mendokumentasikan dalam sejarah peradaban dirinya.

Walau sekali-kali juga terbesit pemikiran. Toh, pada akhirnya kita hanya sebuah lukisan yang hanya nurut kepada Sang Pelukis. Manusia hanya tunduk pada ketentuan Si Penciptanya. 

Kita sekali-kali mesti tahu diri, mengapa Tuhan membuat kita? "Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya'budun". 

Terkadang kita sering salah mengartikan tiap bulir kata tersebut. Kebanyakan selama ini Tuhan menciptakan jin dan manusia supaya untuk mengabdi kepada-Ku. 

Seakan itu adalah suatu tujuan penciptaan. Disaat sama sekali Tuhan tidak membutuhkan pengabdian kita, karena Dia Maha Segalanya. 

Yang ada dalam kalimat itu adalah bukan 'supaya' mengabdi melainkan 'illa'/ kecuali mengabdi kepada-Nya. Kenapa disebut jin dulu yang diciptakan baru manusia? Hanya ada 2 kali dalam kitab ketika manusia disebut dulu. Kenapa?

Kalau Nabi Ibrahim itu adalah Mulkan Nabiyya ( Nabi yang Berkuasa), dan Kanjeng Nabi ditawari hal yang sama oleh Tuhan, beliau malah lebih memilih untuk menjadi seorang 'Abdan Nabiyya (Nabi yang Mengabdi). Mengabdi kepada Tuhan dengan menemani ummatnya yang sebagian besar adalah rakyat jelata. 

Sedangkan kita, raja bukan, pemimpin bukan, nabi juga bukan. Hingga yang sepantasnya kita lakukan jika kita tahu diri adalah menjadi seorang 'abdan 'abdiyya (hamba yang menngabdi). Mengabdi kepada Tuhan dengan terus menerus melakukan perintah Tuhan dan Kekasih-Nya sebagai seorang hamba.

Di akhir acara, Simbah membeberkan jika penyakit utama kita adalah kesempitan. Terutama kesempitan dalam berpikir. Kita sering salah mengartikan tauziyah seperti orang yang sedang mencari ilmu. padahal tauziyah adalah nasihat yang diberikan kepada orang yang mau meninggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun