"Lha kalian ini gimana to, sifat-sifat seperti itu apa ya mesti aku tunjukkan di hadapan kalian. Tegas dan konsistensi itu sangat perlu, hukumnya fardhu 'ain. Terutama disaat aku sama istriku ngandang." Bisik Rohmat. "Makanya kalian tuh nikah, biar gak melulu bahas rindu-rindu itu tadi!"
"Anggap saja Tuhan masih eman sama kita, Mat. Masih ingin bermesraan. Bukan tidak mungkin  kalau kita menikah sekarang akan kuat menahan segala resah sepertimu. Yang mampu menjaga ketegasan dan konsistensi kepadaNya tanpa mesti beralih ke istrimu, kecuali di kandang. Tidak ada seorang pun yang tidak ingin merasakan cinta dan kasih sayang dalam ikatan suatu pernikahan. Hanya saja orang-orang seperti kami yang belum mampu melaksanakan mungkin lebih dikarenakan dari kami sendiri yang masih rewel." Jawab Bewol.
"Setuju!" Welly memotong. "Atau bisa juga, kita masih sibuk mencari rasa agar bagaimana kasih, perhatian, dan cinta kepada pasangan kelak adalah suatu wujud manifestasi dari satu rasa cinta kita kepada Tuhan."
"Begini lho, Mat. Maksud dari aku dan Welly dari tadi adalah bagaimana dengan keadaan para remaja zaman sekarang yang sering mengobral perasaan-perasaan semudah itu? Mereka terlalu sibuk bercinta daripada mencinta. Story media sosial mereka penuh dengan kisah asmara dengan kata-kata yang begitu romantis."
"Tapi ketika putus, story-nya juga mendadak dramatis." Sahut Welly.
"Nah, apakah hal semacam itu bisa dikatakan cinta? Bukankah cinta itu sendiri adalah syarat awal ketika kita menyapa Tuhan dengan 'bismillahirrahmanirrahim'Nya lewat setiap doa?" tegas Bewol.
Selama ini, prasangka kita terhadap cinta hanya dijejali dengan hal-hal indah. Romantisme perjuangan untuk mendapatkan cinta itu sendiri. Tentang makna ketulusan atau kejujuran. Atau bahkan tentang rindu yang tak bisa diungkapkan seperti apa yang dirasakan Bewol. Andai saja setiap balasan dari cinta itu sendiri sesuai seperti harapan para pencandunya, angan pencandu tersebut tentu akan mengarah kepada kenyamanan akan kebersamaan. Sampai akhirnya muncul salah satu istilah 'dunia serasa milik bersama'. Kepedulian pencandu itu kepada yang lain akan teralihkan oleh karena cinta yang dirasakan sampai memabukkan dirinya.
Anggap saja semua manusia lolos dari jeratan nafsu untuk mencintai. Hingga setiap apa yang mereka cintai pasti mengandung ketulusan dan kejujuran. Namun, tiba-tiba Tuhan mengatakan jika Dia akan mengambil sesuatu yang kita cintai melebihi cinta kita kepadaNya. Bukankah apa yang ada disisiNya akan kekal dan apa yang ada disisi kita akan lenyap?
"Matiiiihhh... . Tapi kan Tuhan menciptakan manusia untuk berpasang-pasangan?"
"Berpasang-pasangan itu jangan disamakan dengan persepsi umum yang menyatakan kalau berpasanag itu pasti hidup berdua (sepasang) dan melakukan segala hal yang menyedihkan ataupun menyenangkan bersama. Apakah pasangan itu pasti dalam satu kebersamaan dan berdampingan?" Bewol berkelakar seolah dia tahu segalanya. "Yang kita angankan dari berpasang-pasangan kan kebanyakan hanya sebatas nikmat dan kenyamanan." Lanjutnya.
"Kalau begitu, cinta tidak berarti nyaman maksudmu?"