Hal ini sangat berkaitan dengan rasa yang mungkin lebih terlatih oleh karena pengalaman buruk yang didapatkan. Resolusi rasa menjadi semakin lebih tajam dan peka. Segala pengalaman yang dahulu dianggap buruk, mungkin hanya presisi cara pandang kita terhadap nikmat Allah saja yang kurang pas. Sehingga menyangka pengalaman sebagai suatu keburukan. Tidakkah setetes embun pun perlu legalitas ijin dari Allah? Begitu pula dengan segala pengalaman yang kita alami, baik dan buruk tak lebih hanya sangkaan kita pada waktu itu.
Uniknya, Mba Anggi ini menjadi calon wakil rakyat tanpa poster apapun seperti para calon-calon yang lain. Mungkin ini yang membuat manusia sekelas Pak Tanto pun terlihat sangat perhatian atas apa yang diperjuangkan oleh Mba Anggi. "Walaupun, partaimu ki yo Asu!" celoteh khas Pak Tanto dengan penuh canda yang sangat melekat pada malam itu.
Kematian Adalah Nasihat Terbaik
Hujan masih sangat setia cukup deras kala itu. Melihat hal tersebut, Mbah Nun tak lelahnya menyampaikan pesan hampir disetiap perjumpaan dengan para jamaah agar jangan sampai kita kehilangan nikmat dalam setiap urusan di dunia ini. Dan malam ini, Mbah Nun menyampaikan beberapa pesan yang terkesan serius. Antara April-Oktober menjadi ujian yang akan dialami oleh bangsa ini karena akan terjadi beberapa kejadian yang pasti membutuhkan pertolongan Allah.
"Kalau kita pernah mengingkari kebenaran, bersegeralah untuk membenahi selagi ada waktu" nasihat Mbah Nun. Kata-kata Mbah Nun itu nampak akan terjadi guncangan yang sungguh luar biasa hebat. Seluruh jamaah diajak untuk segera memohon maaf apabila selama ini ada yang sering tidak jujur, berbuat tidak baik, atau mendholimi para hamba Allah yang lain. Setidaknya agar rahmat Allah selalu memayungi kita, semoga diberi kemudahan dan keselamatan kelak menjelang waktu itu tiba. "Seampuh-ampuhnya amal baik kita, hal itu tidak membuat kita langsung masuk surga, tetapi rahmat-Nya Allah-lah yang akan membuat kita kesana." Sambung Mbah Nun.
Seakan-akan Mbah Nun mengetahui kalau manusia beragama masih mementingkan ego pribadinya dibandingkan kerinduan kepada Maha Penciptanya. "Bukankah nasihat terbaik menurut Rasulullah adalah mengingat kematian?" tanya Mbah Nun yang nampak mengajak seluruh jamaah untuk berbuat kematian. Tidak dengan tujuan menakuti, hanya saja kita dituntut untuk mempersiapkan diri. Kematian bukanlah seseuatu yang perlu ditakuti, karena dalam hadits yang lain Rasulullah juga pernah berpesan muutu qabla an tumuutu (matilah sebelum kamu mati). Karena mungkin jika mati itu diaplikasikan ke dalam chip kehidupanmu, cara memandang dunia mungkin akan sedikit berbeda.
Mengingat kemungkinan Indonesia berubah bahkan dunia hanya terdapat 4 solusi, yaitu revolusi, penyakit endemi besar-besaran, bencana alam besar-besaran, atau kemungkinan yang terakhir adalah perang saudara. Indonesia yang sedang pesta pora dengan pemilihan pemimpinnya ini mempunyai potensi perang saudara yang paling besar ketimbang yang lain, mengingat disamping hanya terdapat dua calon, kemungkinan terjadi chaos setelah konfirmasi hasil polling tentu menjadi konflik tersendiri. Dibandingkan untuk bersikap legowo, adakah pihak yang kalah akan mengakui kekalahannya? Tentu ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri, terutama bagi seluruh jamaah maiyah untuk berpartisipasi (bershodaqoh) menjaga stabilitas keadaan negara.
Menurut Mas Sabrang, kebanyakan manusia sekarang lebih memilih benar daripada efektif. Itulah mengapa di dalam ruang maiyah, terminologi tadabbur lebih sering dipakai daripada ilmu tafsir. Dimana tafsir hanya menuju pada suatu kesepakatan tentang benar dan salah, sedangkan dalam tadabbur terdapat banyak proses untuk mencapai kesepakatan bersama sehingga memiliki hasil lebih efektif. Karena tadabbur lebih memakai sudut pandang relativitas tentang bagaimana kita memaknai suatu kejadian.
Hiburan dari Letto sesekali menghibur kebersamaan malam itu, hanya saja Mas Doni KK didapuk sebagai vokalisnya. "Another Sky" versi Letto yang gagal unrelease menjadi salah satu nomor yang dibawakan malam itu. Melanjutkan proses pembelajaran pada malam itu, Mbah Nun berpandangan jika problem  bangsa kita kali ini lebih ke tidak memiliki mental percaya diri. Sehingga mudah terombang-ambing ke dalam tendensi-tendensi yang mengguyur seperti hujan pada malam ini. Jika kita basah akan tendensi-tendesi tersebut, kaku sudah kehidupan kita. Kedinginan akan menghambat segala potensi untuk berkreativitas dalam hidup. Bahkan, tendensi itu akan membuat kita kehilangan nikmat dalam mengalami segala sesuatu di dunia.