Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mrajani

12 Maret 2019   11:29 Diperbarui: 12 Maret 2019   11:42 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nampak suasana rutinan kali ini, Sabtu, 2 Maret 2019 tak semeriah bulan kemarin dimana banyak sekali yang ikut serawung demi menyambut acara Milad. 

Tapi, suasana tersebut bukan menjadi sesuatu yang baru bagi kami. Hagemoni dan antusias terjadi penurunan menjadi hal yang wajar. Ditambah alam langit dan darat yang sedang intim bercumbu dengan frekuensi yang cukup sering membuat faktor tersendiri. Terutama bagi yang belum merdeka dari situasi hujan.

Tapi, justru segala kemesraan tak menghalangi kebiasaan Maneges Qudroh untuk menyajikan acara rutinan. Para jamaah tetap hadir setia menemani, walau bukan sekedar untuk mencari ilmu, tapi bisa sekaligus bertemu dulur-dulur yang lain. 

Apalagi bagi Mas Gianto dkk yang datang jauh-jauh dari Ngablak (daerah perbatasan Magelang-Kabupaten Semarang) untuk bersedia datang ke Omah Maneges, meski harus mengalami ban bocor dan menerobos hujan, hal tersebut bukan menjadi masalah. Justru disitulah terkadang tersimpan banyak nikmat menjadi sebuah cerita. Untuk bisa dibagikan kepada yang lain.

Acara dibuka dengan nderes oleh Mas Verdhian dan Mas Ipul yang mendayu-dayu. Dilanjutkan dengan mendendangkan Munajat Maiyah bersama-sama. Di bulan resolusi rendah dan rawan karena mendekati Pemilihan Presiden ini. 

Dimana gesekan-gesekan mulai meninggi intensitasnya. Kita justru memilih tema 'MRAJANI' yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan hiruk pikuk tersebut. Akan tetapi, di awal acara tetap candaan tentang pemilihan Presiden tak luput dari bahasan. 

Karena sangat menarik memang untuk menyentil orang-orang yang tiba-tiba sibuk dengan situasi pemilihan. Apalagi, masalah intern tentang Kafir-Non Muslim. 

Kami justru menyajikan kemesraan di panggung ini. Antara peci Maiyah dan topi Tauhid nampak menjadi pembeda pada panggung kali ini. Bukan hanya itu, NU, Muhamadiyah, HTI bahkan seorang Romo pun sering hadir kesini. Jadi perbedaan bukan lagi menjadi hal yang mesti dibahas lagi disini. Tapi, monggo jika ada yang mau berprasangka!

Disaat semuanya membahas tentang hal-hal hebat, kali ini kita hanya belajar bagaimana mrajani orang lain. Bagimana sih sikap yang benar dalam melayani orang lain? Terutama dalamadat jawa, dimana dalam acara-acara tertentu mesti dibutuhkan sklill tata bahasa krama yang sangat kental. 

Nah, kita tidak pernah mempelajari hal tersebut. Dalam kurikiulum pendidikan pun, hal tersebut seolah sangatlah tidak menarik untuk menjadi bahan wajib pembelajaran. 

Padahal, unggah-ungguh dan nilai yang tersimpan dalam cara melayani orang lain sangat memperlihatkan bagaimana kriteria orang tersebut. Orang jawa begitu ngajeni/menghormati bahkan sangat memuliakan tamu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun