Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gempita di Bukit Sikunir

11 Maret 2019   14:06 Diperbarui: 11 Maret 2019   14:11 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebersamaan dengan para pemburu fajar setidaknya membuat suasana menjadi lebih hangat. Menjadi perisai hawa dingin yang terus menerus membelai. Belaian Sang Air yang sangat lembut ini membentuk kristal-kristal embun pada alis, kumis, bahkan jenggot salah satu kawanku dan sama sekali tidak basah. Dingin pun seolah menjadi hal wajar. Memang sesekali kekecewaan akan datang, namun tak membuat kehangatan  menghilang. Bukankah dingin itu ada karena kita kehilangan daya kehangatan?

Sesekali tirai itu terbuka, terembus angin. Nampak sepotong pemandangan nan menawan. "Buka sitik Joss!" suara salah satu wisatawan dari arah belakang. Itu baru satu, belum lagi suara-suara kagum yang lain yang terdengar serentak dari berbagai arah walau kita hanya diijinkan mengintip saja. Harapan pun menyeruak kembali atas intipan tersebut. Mereka masih bertahan walau seluruh pemandangan yang nampak bukan seperti "Golden Sunrise" yang diharapkan. Rasa putus asa mulai berubah menjadi keceriaan setelah mereka menghibur diri dengan berswadaya foto. Baik dengan keluarganya, teman-temannya, koleganya, dengan yang baru dikenalnya. Semua tetap setidaknya mengabadikan momen menginjakkan kaki di Bukit Sikunir ini walau dengan pemandangan "All Silver" karena kabut yang menyelimuti.

Beberapa kali para penonton teater alam ini diijinkan sesekali ngintip sebagai bayaran karena telah menyempatkan diri menembus dingin hanya untuk bersilaturrahmi dengan alam. Seolah alam memang sengaja menahan kerinduannya, menahan nafsu para tamunya untuk sekedar saling tatap. Agar mereka kangen untuk berjumpa lagi. Anggap saja perjumpaan kali ini semacam official trailer sebuah film. Untuk membesarkan hati untuk melatih menahan rindu, untuk sekedar pembuktian kalau kita benar-benar cinta terhadap alam ataukah hanya chiki-chiki layaknya generasi millenial.

Kalaupun demikian, anggap saja hal ini bukan lagi Golden Sunrise, namun kita anggap ini sebagai Platinum Humanrise. Ndak masssooook biarin saja, suka-suka jemariku!^^ Toh tidak ada yang hilang dari apa yang terhijab oleh kabut. Mereka semua -Fajar, Gunung, Hutan belantara, Awan- tetap disitu tak beranjak. Hanya saja pandangan kita belum mampu menembus hijab sangkaan diri kita sendiri. Bahwa semuanya meski nampak dan berwujud. Kalau toh memang begitu yang kalian pikirkan, disaat itu juga, aku mungkin bakal mengajukan diri untuk menutup pandanganku asal kau wujudkan asa saudara-saudaraku yang telah merasa berjuang untuk melihat pesonamu, kali ini saja.

Sudah sewajarnya mereka kecewa akan cahaya yang gagal menyapa. Kita melihat jika tumbuhan tumbuh mengikuti cahaya. Begitu pun manusia, mereka tumbuh dan berjalan menuju terang. Jadi biarlah tirai kabut ini menjadi sebuah isyarat proses pembelajaran yang diberikan alam kepada kita. 

Menikmati Sunrise tidak hanya melulu tentang munculnya cahaya kuning dari ufuk timur. Kita hanya diajarkan untuk menunggu terang. Ketika mata mulai dapat melihat dengan jelas tanpa bantuan senter, tanpa harus menanti Sang Fajar keluar. Tapi, nikmatilah terang yang tiba-tiba menyapa. Nikmati cahaya apa yang masuk hingga mata kita dapat berfusngsi dengan jelas seperti adanya. 

Nikmati terang yang selalu mengajarkan kita akan sebuah penantian. Terang bukan soal kuning, terang hanya sebuah kerinduan akan perjumpaan. Untuk tumbuh dan terus berlalu walau dalam prasangka gelap!

Setidaknya kita pulang membawa banyak sangu. Tentang keresahan, kekecewaan. Namun, setidaknya kita masih bisa merasakan terang dan menapakkan kaki di Bukit Sikunir. Menikmati segala alam yang menyambutmu dengan bijaksana disaat banyak keluar lontaran-lontaran tak enak keluar dari sebagian mulut atau bahkan hati manusia yang menggema. Bagi yang pulang dapat banyak sangu. Voucher Platinum Humanrise-pun setidaknya berada di dalam hati dan rasa mereka. "Maaf dan selamat berjumpa kembali."

Sikunir, 10 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun