Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpi(n) Teraniaya Sunyi

1 Maret 2019   11:31 Diperbarui: 1 Maret 2019   13:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukankah kita bisa mengerti benar karena sebelumnya kita telah mengenal salah? "jangan-jangan kita hanya mencari suasana yang muter-muter saja." Sambung Pak Munir. Tapi, untung saja Sang Hayyu telah memberi kita modal 'kangen' agar tetap hidup.

Yang bahaya jika huruf nun tadi bertemu dengan huruf dlod. Karena itu semua hanya menjadi prasangka. Seperti halnya di dalam lingungan maiyah ini, ruang maiyah adalah tempat untuk bertumbuh, bukan semata-mata dikarenakan hijrah. 

Di dalam maiyah, dari hasil kedaulatan berfikir orang-orang akan terbiasa ber-ijtihad serta ber-muhasabah kepada diri sendiri." Orang yang terbiasa mencermati dirinya sendiri, nanti tidak akan mudah kaget terhadap perubahan-perubahan yang terjadi karena kita akan dibawa ke garis keseimbangan." Lanjut Pak Munir.

Sedangkan keseimbangan itu sendiri bukan berarti kita ada di tengah, bisa sedikit condong ke kanan atau ke kiri tergantung ruang dan waktu. Setidaknya disitulah nanti peran seorang pemimpin sangat vital. Yang pasti kita sebagai orang jawa telah kehilangan ilmu niteni. 

Untuk lebih peka dan memperhatikan terhadap hal-hal yang sering menimpa diri kita. Entah itu dari alam atau atas akibat dari hasil perbuatan kita sendiri. Karena disamping segala hal tadi, menurut Pak Munir, manusia pada dasarnya diberi oleh Tuhan potensi sifat merusak (destruktif). 

Oleh sebab itu, manusia bisa dikatakan khalifah jika bisa me-manage fa'alhamaha fujuroha wa taqwaha. Setiap orang diberi mandat untuk menjadi seorang khalifah/pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri.

Dan bahkan jika para pemimpi tadi ingin menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, ia akan ketakutan karena dirinya telah terjebak dalam kekalutan sebuah kehebatan gerakan 'masyarakat yang dipimpin dalam dirinya'. Seolah jeda nomor lagu 'Permintaan Hati' ini mengindikasikan bahwa para pemimpi itu sedang dalam keraguan dan kebimbangan akan kerinduan terhadap cinta, yang tak kunjung terobati. 

"Mintalah fatwa pada hatimu" tutur Sang Begawan jika tidak ada yang menghilangkan kebimbanganmu. Tetapi hati para pemimipi(n) itu merintih karena yang mereka temukan hanyalah kesenyapapan, seolah semua menjadi hilang dan fana'. Dan akhirnya para pemimpi(n) itu akan teraniaya oleh sunyi.

Tanya jawab kepada jamaah menjadi sesi akhir dari acara pada malam hari itu, sebelum dilanjutkan dengan lagu langka 'Sayang Pada-Ku' oleh Mas Sholeh yang maknanya sangat mendalam. Lalu, dipungkasi dengan menyanyikan 'Shohibu Baiti' bersama-sama dalam temaram. Alhasil, curian ilmu pada malam hari itu pun terasa istimewa untuk menjadi bekal kembali pulang.

#BanyuMili

Suluk Surakartan ,25 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun