Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akibat Salah Gaul

24 Januari 2019   11:15 Diperbarui: 24 Januari 2019   11:38 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini hanyalah sebuah essai tentang seseorang yang sangat saya cintai dan Tuannya, dan dicintai banyak orang bahkan beliau sendiri ialah kekasih Tuannya. Ini tentang mencintai, jadi jangan baca kalau anda kurang suka tentang arti mencintai. Jangan baca jika anda masih egois karena ini tentang junjunganku, panutanku, serta kekasihNya.

Ini tentang agamaku yang entah mengapa aku sendiri merasa semakin cinta terhadap saudara-saudaraku yang beda pemahaman agama tentang perspektif agama itu sendiri. Cinta yang sangat sungkan dan sulit terungkapkan, kenapa agamaku jadi sangat begitu anarki seperti ini. Tidak seperti yang panutanku ajarkan, contohkan, amalkan. Atau memang karena saya ini terlalu bodoh untuk menahan kata-kata.

Saya yakin dengan agamaku, sangat sangat sangat yakin bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah. Walaupun saya masih tidak suka jika lafadz tersebut mesti dituliskan sebagai simbol, apalagi mesti ditempel-tempel pada kendaraan pribadi sebagai pembuktian kepribadian saya. 

Kalau bisa hal-hal tersebut jauh saya sembunyikan agar orang lain tidak bisa melihat dan mengidentifikasi agamaku. Saya sangat yakin jika Allah itu Maha Baik, Maha Mengetahui. 

Menciptakan perbedaan, karena itu akan memperindah suasana. Bagaimana kita bisa saling melengkapi dan menjaga kerukunan dengan tujuan kesejahteraan bagi semuanya, bukan untuk golongannya sendiri.

Tuhan menciptakan manusia bukan untuk saling menyalahkan dan membenarkan. Tuhan menyuruh kita untuk mempercayai kitab-kitab-Nya, yang disampaikan melalui orang-orang pilihan. Dari Zabur sampai Al-Qur'an. Saya sebagai seorang yang menganut islam, saya percaya akan firman-firman Tuhan yang tertera dalam kitab-kitab Allah pun sebelum Al-Qur'an.

Kalau anda sering memasak pasti akan merasakan sedikit banyaknya pandangan tentang arti mencintai. Kalau anda suka memasak tidak mungkin hanya memasak nasinya saja, atau lauknya saja, atau sayurnya saja. Lauknya bisa macam-macam, begitupun sayurnya. Dalam proses penyajiannya, pasti ada urutannya, agar semua tersaji sesuai jadwal. Anda secara tidak langsung mempunyai naluri dan insting sendiri dalam menyiapkan jadwal makan buat seseorang yang anda cintai.

jika anda menyajikan berbagai menu tadi untuk keluarga anda, apakah anda hanya menyarankan satu menu saja untuk dimakan dengan alasan jika makan menu sop, misalnya, anda termasuk orang baik dan dijamin sehat oleh anda. 

Sedangkan yang memakan menu selain sop tidak baik dan tidak ada jaminan sehat dari anda. Sekarang pertanyaan saya adalah, apakah begitu pola pikir anda kalau anda memasak? Apa tujuan anda memasak berbagai menu? Kalau pada penyajiannya anda hanya menjamin satu masakan saja yang baik dan sehat.

Tujuan anda memasak berbagai menu karena mungkin si bapak suka sop, kakak suka oseng sambal, adek suka mie goreng, nenek suka bubur. Anda begitu tau apa yang mereka suka, jadi anda memasak variasi menu yang sesuai keinginan mereka. 

Supaya semua bisa menikmati hidangan yang mereka sukai dalam waktu dan tempat yang sama, tanpa ada yang merasa terpaksa ikut makan apa yang bapak suka. Kakak walaupun suka oseng sambal, boleh juga makan sop kalau ingin mencicipi, begitupun dengan yang lain. Agar semua bahagia, rukun, dan saling memahami, saling berbagi demi menciptakan kesehatan bersama, jasmani maupun rohani. Makan untuk jasmani, sedang kebahagiaan itu untuk rohani.

Jadi Tuhan sumber segala cahaya pun sangat memungkinkan  juga demikian, sudah men-setting sedemikian rupa agar kita bisa saling mencintai dengan kesukaan akan akidah yang berbeda-beda. Kasian nanti kalau hanya pengikut Al-Qur'an dan sunnah aja yang masuk surga. 

Terus kalian fikir apakah manusia dari zaman nabi Adam as Sampai nabi Isa as yang di zaman itu belum ada Al-Qur'an dan hadits semua bakal masuk neraka? Apa fungsinya agama jika kalian merasa paling benar dan menyombongkan diri di hadapan orang yang berbeda agama. Apa kalian fikir kalau bukan Islam terus Tuhan benar-benar tidak memandang orang non islam.

Santai saja, semua itu saudara, kita memang diciptakan begini, ya kita terima saja, toh kita juga belum pasti benar. Bukankah kita memang disuruh menghadap "kiblat"nya masing-masing. Dengan maksud, kalau aku dokter ya kiblatku menolong orang yang sakit atas dasar ingin menolong orang lain yang sama-sama ciptaan Tuhan, ada yang jadi bakul tempe, jadi petani, jadi akuntan, dsb. Itu semua pumya jalan sendiri-sendiri untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Biarkan agamaku ya agamaku, dan agamamu ya agamamu.

Saya sedikit kecewa juga dengan orang-orang radikal yang menebar kebencian di dalam dakwahnya, seakan-akan Rasulullah Sholallahu Alaihi Wasalam merupakan orang yang memaksakan dan juga keras. Jujur saya sedih, mengapa harus seperti itu? Hadits andalan mereka adalah amalan yang bukan amalan dariku, maka amalan itu tertolak. Dan sekarang itu jadi senjata mereka untuk mem-bid'ah-kan orang yang tidak sesuai dengan maksud mereka. Yang beliau maksud mungkin itu dalam cakupan ibadah mahdhoh, bukan muamalah-nya.

Dan biarkan perbedaan cara kita mengungkapkan sayang kepada Kekasih Tuhan seperti apa. Toh, tidak mungkin juga Rasulullah mengajari cara untuk mencintai dirinya. Pakewuh. Itulah akhlakul karimah.

Selalu merendahkan diri di hadapan orang lain, tetap menolong orang yang selalu melemparinya batu, walaupun Rasul tau bahwa dia seorang yahudi sekalipun. Itu hanya segelintir contoh mengenai akhlak beliau.

Sekarang Ustadz-Ustadz yang "hanya" lulusan universitas Arab saja ilmu dan kedekatannya seakan-akan melebihi kanjeng Nabi. Selalu mengatasnamakan Hadits, tapi untuk membawa fikiran orang untuk menyombongkan dirinya, untuk merubah penampilan dirinya. Agar keliatan muslim banget, arab banget. Mempengaruhi cara pandang mereka kalau kaum kami-lah yang paling benar karena mengikuti sahabat-sahabat nabi.

politik.rmol.co
politik.rmol.co
Perlu diingat saja, berhati-hatilah dengan ilmu. Kalau kalian tidak menguasainya, itu akan menjadikanmu sombong. Semakin meninggikan hati kalian di hadapan orang lain, karena mereka berpikir merekalah yang paling sunnah. Kalau memang paling sunnah, kalian gak seharusnya memakai pakaian. Karena mereka selalu bilang jangan campur-adukkan agama dengan budaya. Karena pakaian juga merupakan salah satu produk budaya.

Kita ini manusia yang dulunya malaikat pun disuruh menyembah kepada Adam. Tapi seringkali kita ini cara hidupnya lebih rendah daripada binatang. Kita sia-siakan akal kita hanya untuk menuntut pendidikan yang hanya berorientasi kepada hasil. Karena pendidikan itu berbeda dengan sekolah. Jangan dibatasi kalau pendidikan itu hanya sebatas apa yang ada di lingkungan sekolah.

Jangan beraninya baper sama penduduk bumi, dikit-dikit bikin story di instagram ataupun di whatsapp. Tidakkah sedikit saja kita itu berpikir untuk mencoba baper sama penduduk langit. 

Yang hakikatnya software maupun hardware yang sudah terpasang pada raga ini sudah sangat sempurna untu bisa bikin story yang bisa dilihat para penduduk langit. Hanya saja permasalahannya kita tidak bakal mendapatkan pujian, jempol ataupun love/like dari satupun penduduk bumi jika kita berprioritas untuk baper sama penduduk langit.

Lebih senang dipuji, dikenal banyak orang lain, di elu-elu wong akeh marai lali hakikat e dewe, dadi manungso nek ora kuat nyanding awake dewe. Keblinger.

Saya terkadang tidak habis fikir dengan ustadz-ustadz  yang sering mengajak untuk tidak ber-selfie. Akan tetapi, si ustadz itu pun sering ber-selfie ria supaya orang banyak yang like dan lebih dikenal. Savage. Yang gaya bicaranya tidak pernah menentramkan. Mimik wajahnya selalu dipenuhi oleh amarah. Tadz, kamu member dakwah apa mendoktrin. Apapun itu jangan lah mengajari orang untuk kembali ke Qur'qn dan hadits, karena begitu banyak orang yang ingin bertaubat, tapi salah ketemu sama ustadz yang mengaku paling sunnah. Celaka.

Jangan sampai salah gaul hanya melihat visual dan literasi saja. kita mesti mengajak hati untuk lebih memperdalam pemahaman atau informasi yang didapat. Salah menapakkan eksistensi yang berkedok keagamaan. Karena outputnya kalian hanya akan saling membenci dan membenarkan golonganmu saja. 

Kalian tidak akan bisa membohongi "Aku" yang bersemayam di dalam diri kalian. Kalian kira dekat, padahal sungguh itu terlalu jauh dan sangat melelahkan. Salah gaul merupakan satu langkah maju, hanya saja tantangan berikutnya adalah maukah kalian lebih mengenali diri kalian? Hati kalian? Bermuhasabah diri? Itulah guru kalian yang termanifestasi ke wujud guru kalian yang diidamkan sekarang.

Toleransi merupakan suatu tolak ukur nyata bagaimana ia bisa memantulkan pancaran cahaya Rahman dan Rahim. Sikap toleransi terhadap perbedaan merupakan hakikat yang selalu kita ungkapkan dalam setiap awal doa. Seberapa tinggi pemahaman kita mengenai arti kata bismillahi-arrahman-arrahim(mengatasnamakan Allah).

13 July 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun