Tapi mereka tidak sadar akan sesuatu. Seperti apa yang dijelaskan firman Allah," dan (diantara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran, dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah,' kami hanya menghendaki kebaikan.' Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta," (QS 9:107) Â
Semoga saja masjid kita ini terbebas dengan segala bentuk persengkokolan. Jangan sampai masjid ini bukan menjadi tempat beribadah atau mensucikan jiwa. Untuk memfitrahkan kembali hati dan akal kita dari segala kemunafikan yang sedang terjadi. Jangan sampai masjid menjadi tempat untuk menebar kebencian kepada siapapun ia. Bukankah agama kita rahmatan lil 'alamin?
Perbedaan musuh zaman dahulu dan sekarang terdapat pada sikap. Zaman dahulu, mereka selalu terang-terangan untuk memberontak. Di zaman sekarang, mereka lebih bersikap sembunyi-sembunyi, mereka banyak yang telah menjadi munafik. Entah karena sering lupa perkataannya, atau sengaja lupa. Tergantung profit materialis yang lebih menguntungkan.
Sebagai imam yang terpilih tentu ini merupakan sebuah tanggung jawab besar. Dan sebagai makmum sudah seharusnya kita utamakan niat untuk berjamaah, bersama-sama mencoba menembus Lahud. Siapapun ia, darimana mereka, kita hanyalah makmum disebuah masjid besar yang dipecayakan kepada kita untuk menjaganya.
Masjid ini bukanlah masjid yang nampak seperti biasanya. Memiliki kubah ataupun menara dengan teras halaman yang luas. Masjid ini juga memiliki fungsi yang lebih luas untuk beribadah. Masjid ini bernama Indonesia Raya. Sebuah keajaiban bisa menempati masjid seindah ini. Dengan kompleksitas permasalahan yang mungkin akan sangat sulit terpecahkan. Karena hanya kita yang dipercaya mampu untuk mengatasi segala masalah-masalah tersebut. Karena masjid ini suatu saat akan menjadi pedoman bagaimana cara untuk mengatasi keberagaman. Bagaimana untuk bisa menghargai dan ber-unggah-ungguh dalam tingkah laku sosial.
Kita hanya memilih antara menjadi kontibutor ataukah saksi ketika masjid ini memberikan kesejahteraannya dalam balutan kesederhanaan. Dinanungi nyayian merdu Sang Alam. Menari bersama keelokan keindahan semestanya. Dimana senyum dan tawa selalu menghiasi para penghuni masjid itu. Lalu, kita tinggal menunggu waktu kapan dunia akan segera menyaksikan keindahan Masjid Insonesia Raya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H