Di aspek lain ketidakstabilan yang terjadi dalam pembayaran pinjaman yang dipicu oleh banyak  tantangan yang dihadapi negeri ini, salah satunya adalah banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan baik dari pemutusan hubungan kerja maupun para pengusaha yang menurun.Â
Situasi ini berimplikasi terhadap kenaikan kredit macet yang tercermin dari meningkatnya NPF (Net Peformin Finance). NPF ini menjadi sangat penting bagi perbankan, karena sana tercermin reputasi lembaga yang terkait dengan kemampuannya melakukan pembayaran pinjaman dari aktivitas pembiayaan.Â
Ancaman resiko paling nyata adalah meningkatnya NPF dimana adanya indikator terganggunya kestabilan struktur permodalan. Karena dari meningkatnya rasio NPF telah menggambarkan penurunan kinerja dari perusahaan yang nantinya akan berdampak terhadap turunnya jumlah aktiva dan likuiditas perusahaan. Maka tentunya Lembaga perbankan harus semakin memperketat penerapan dari manajemen risikonya.
Lalu adanya risiko likuiditas, yang terhubung dengan kedua sisi neraca perbankan. Likuiditas perbankan perbankan berhubungan dengan aset yang dimilikinya serta berbagai sumber dana yang pada saat yang ditentukan harus dibayar kembali.Â
Maka ada dua cara untuk mengurangi risiko likuiditas bank. Pertama, dengan mencari sumber dana yang stabil serta memiliki kecenderungan yang sedikit untuk menarik dananya disaat kondisi pasar buruk. Kedua, bank dapat memegang lebih banyak asset yang likuid untuk dipakai ketika utang mereka jatuh tempo, karena cadangan ini menjadi sangat penting bagi Bank agar tidak dapat memperbarui sumber dananya.
Rasio Likuiditas yaitu aspek penting dalam menilai kesehatan suatu perusahaan, karena rasio likuiditas berkaitan dengan kemampuan penyelesaian kewajiban jangka pendek perusahaan. Maka ketika rasio likuiditas nya bermasalah, hal ini dapat memicu risiko yang besar dan berpotensi penurunan kepercayaan masyarakat yang nantinya akan terjadi penarikan simpanan besar besaran yang dilakukan oleh para nasabah.Â
Maka perbankan harus senantiasa melakukan sosialisasi dan literasi yang tidak hanya bagi pihak perbankan syariahnya namun juga bagi para nasabah juga agar selalu mengedepankan kehati-hatian guna meminimalisir risiko yang ada.
Dengan demikian, persaingan terus semakin ketat maka dibutuhkanlah beberapa modal besar yang menjadi komponen penting yang dapat mendukung daya saing bisnis, baik dari aspek permodalan maupun teknologi. Salah satu komponen penting penguatan sebuah bisnis adalah aspek permodalan, karena dalam strateginya, seringkali dihadapkan pada berapa besar dana yang ada. Maka inilah salah satu alasan adanya merger beberapa Bank Syariah milik pemerintah, diantaranya PT Bank BRI Syariah, PT Bank BNI Syariah, PT Bank Mandiri Syariah.
Dengan adanya merger semoga menjadi bagian langkah yang besar dalam peningkatan kualitas pelayanan perbankan syariah, sehingga masyarakat dapat mengambil manfaat dengan hadirnya Perbankan syariah. Karena semakin baik fungsi lembaga keuangan bagi masyarakat maka akan berdampak positif juga bagi peningkatan ekonomi secara nasional.
Pada intinya banyak aspek yang perlu terus dikembangkan pada industri perbankan syariah. Keberadaan dari layanan perbankan syariah saat ini masih sangat dibutuhkan dan itu  harus diakui dalam perannya menyediakan aktivitas layanan keuangan syariah.Â
Namun juga perlu industri perbankan syariah menghadirkan kesadaran dan merespon terhadapt perubahan yang ada, karena jika tidak menyesuaikan dengan perubahan akan sangat sulit bagi industri perbankan syariah melihat prospek dimasa depan. Karena masa kini sudah masanya digital di era millenial, semua transaksi lebih banyak menggunakan smartphone termasuk pada watak kebutuhan dan penggunaan terhadap layanan keuangan.